"Cepetan gue tunggu."

"Ok princess, tunggu."

Sepeninggalan Jessa Ana mematung di tempat, dia tidak berniat untuk beranjak dari tempat saat ini dia berdiri. Pikirannya penuh, bagaimana bisa Jessa memperlakukan Anastasia seperti ini. Apakah pemuda itu tidak ingat jika sedang mendekati Bella. Jika Jessa melakukan ini secara terus menerus, Ana bisa benar-benar melewati batasan dan merebut Jessa dari Bella. Di sisi lain Ana merasa dirinya di permainkan oleh pemuda itu, bagaimana bisa pemuda itu dengan mudah menyentuh Ana saat dia menyukai gadis lain.

Ah Ana jadi teringat tentang perkataan tadi, Jessa tadi menyuruh Ana mengakui tentang suatu hal tadi. Apa yang ingin pemuda itu dengar dari mulutnya, apa Jessa sudah mengetahui Ana menyukainya. Tapi sepertinya hal itu sangat mustahil, pemuda itu tidak pernah peduli tentang perasaan Anastasia.

Di tengah tengah pikirannya yang kalut, Jessa menepuk puncak kepala Ana lembut. Pemuda itu mengelus rambut Ana, membuat sang gadis terlena. Merasa di sayang dan merasa di cintai.

"Ayo pulang."

Tidak ada sautan dari Ana selain dia mengikuti pemuda itu menuju basement. Selama perjalanan pulang, baik Jessa maupun Ana tidak ada yang berusaha memecah keheningan dalam mobil. Jessa fokus menyetir, dan Ana fokus pada pemandangan di luar jendela di sepanjang jalan. Hingga di persimpangan akhir menuju perumahan tempat kos mereka berada, gadis itu di kejutkan dengan sesuatu yang berusaha menerobos masuk di bagian bawah tubuhnya.

Bagaimana bisa dia tidak menyadari pergerakan Jessa, apa lagi bagian bawahnya sudah mulai basah dan itu mempermudah pemuda di sampinya memasukinya lagi.

"Kak! Lo apa apa an sih engh keluarin."

Jessa seolah tuli terus melajukan mobilnya hingga posisinya berada di bagian paling belakang perumahan. Di sana masih ada beberapa lahan kosong, pria itu memarkirkan mobilnya dan mulai fokus pada Anastasia.

"Sekali lagi ya babe, jangan berisik nanti kita di grebek."

"Mhh gak mauuu, gue mau pulang kak."

Ana memukul lengan Jessa berkali kali, tapi dengan mudah Jessa menggubah posisi Ana menjadi menghadap dirinya. Dengan gerakan cepat Jessa menurunkan dalaman gadisnya lalu segera menundukkan kepala memasuki dress biru Ana. Sedangkan Ana mati matian berusaha menutup pahanya walau dirasa kesulitan melawan tenaga Jessa, rambut pemuda itu bahkan di jambak oleh Ana hingga ada beberapa helai yang tercabut.

"Akhh kak jangan di masukin lagi"

"Enak kan babe?"

"Bajingan lo Jessa, gue benci!"

"Ngomong apa lo?"

Segera Jessa mempercepat gerakan tanganya di dalam tubuh Ana. Gadis itu di buat lemas kedua kalinya oleh Jessa sebelum pulang menuju kosnya. Bahkan dalaman Ana di sita oleh Jessa, sesampainya di dalam kamarnya, gadis itu mengumpati Jessa dan segala akal sintingnya. Awas saja nanti, Ana akan buat Jessa yang bertekuk lutut pada gadi itu. Dasar bajingan sinting! Tapi sayangnya Ana lebih sinting karena menyukai sentuhan Jessa.

••••

"Ana, kemarin kata gabriel temen sekelas lo, lonya sakit ya?"

Prisa segera menanyakan Ana saat gadis itu baru saja mendudukkan bokongnya di depan gadi itu.

"Iya Pris, kayaknya kecapekan deh."

"Apa karena nyiapin birthday party gue na?" Kini giliran Matthew bersuara sambil menatap Anastasia khawatir.

"Apa sih enggak kok matt, tenang santai aja."

"Habisnya lo bilang kecapekan gue jadi ngerasa enggak enak"

Then I See You Again (Tamat)Where stories live. Discover now