25. Kejadian Malam Itu

80 5 0
                                    

Sekeras apapun kamu menjaga, sekuat apapun kamu pegang, seerat apapun kamu memeluk, yang pergi akan tetap pergi.

—Sylvia Ivy Vianly.

***

Flashback on.

"Semalem kamu kemana kok gak pulang? Kamu lupa kalau kita ada rencana buat dinner? Kamu tuh sebenernya udah gak sayang sama aku apa gimana sih, Ka? Aku bosen lama-lama pacaran sama kamu!"

Pagi itu dengan turunnya hujan yang membuat sebagian besar orang di Kota Semarang malas melakukan aktivitasnya, Ivy justru sebaliknya. Gadis dengan jas putih yang selalu ia gunakan sebagai seorang dokter muda itu sudah berada di kediaman sang kekasih dan sudah mengeluarkan segala unek-unek yang selama ini ia pendam.

Ya bagaimana tidak marah, Raka tiba-tiba menghilang begitu saja di saat Ivy sudah menjemput pria tersebut di rumahnya, orang tua Raka pun hanya mengatakan jika putra semata wayangnya itu belum kembali dari rumah sakit. Ibaratnya, Raka sudah ingkar janji untuk makan malam bersama dengan Ivy, padahal makan malam itu sangat penting bagi Ivy karena Ivy ingin merayakan ulang tahun Raka bersama-sama, belum lagi jadwal co-assisten yang sangat padat membuat sepasang kekasih itu sudah lama tidak bertemu.

"Kamu apa-apaan sih, Vy? Kayak anak kecil tau ga! Ini tuh cuman perkara dinner doang. Kita bisa atur waktu lagi. Aku semalem dinner sama temen-temen koas aku, mereka semua mau aku ngerayain ulang tahun bareng mereka. Emangnya aku salah ya?" balas Raka yang tak kalah tersulut emosi juga. Ya bayangkan saja bagaimana tidak emosinya dia yang baru saja pulang bersenang-senang dan belum lagi sebentar lagi harus berangkat koas, belum tidur, belum rebahan, tapi sudah dibentak dan ribut dengan Ivy yang makin hari tingkahnya makin seperti anak kecil saja. Raka bosan jika seperti ini selalu, meributkan hal yang menurutnya sepele.

"Emang anjing ya kamu! Bisa-bisanya kamu tanya salah atau enggak? Sekarang prioritas kamu itu temen-temen koas kamu? Aku bukan lagi prioritas? Breng—"

PLAKKK!!!

Dengan emosi berapi-api tangan Raka langsung melayang begitu saja di pipi Ivy, membuat kekasihnya itu diam tak berkutik. Seperkian detik kemudian pun Raka hanyut dalam pikirannya sendiri, ia menyesal. Apa yang sedang Raka lakukan sekarang? Raka telah menyakiti Ivy. Raka telah ringan tangan kepada gadis yang ia cintai.

"Pulang, Vy. Aku dan kamu lagi sama-sama emosi. Aku gak mau kelepasan lagi," ucap Raka mempertegas segalanya. "Aku minta maaf, aku gak sengaja."

"Gak perlu minta maaf, aku gak suka sama cowok yang ringan tangan. Kalau kamu kayak gini, aku udah gak bisa nerima kamu, Raka. Mendingan kita udahan aja."

Ivy tetaplah menjadi seorang Ivy. Gadis keras kepala yang selalu tegas dengan segala batasan yang ia ucapkan sedari awal. Selalu tahu apa yang terbaik untuk dirinya dan selalu melepaskan apa yang memang tidak bisa ia toleransi. Dan sekarang, Raka telah melakukan hal tersebut, melebihi batasan dan aturan yang sudah tidak bisa Ivy toleransi, membuat Ivy mengatakan kata yang sesungguhnya tidak ingin Raka dengar seumur hidup.

***

"Gue butuh lo, Ra."

Saat jam istirahat koas, Raka yang memang satu stase dan satu rumah sakit dengan Ayra langsung membenamkan wajahnya di pundak gadis itu. Entah sudah berapa lama keduanya menjadi dekat. Entah sudah berapa lama Raka menjadi bergantung kepada Ayra, selalu menceritakan segala permasalahannya kepada gadis itu, pun sebaliknya.

Dokter VS AkuntanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang