5. Cincin

199 19 10
                                    

Kenyataannya, kebahagiaan itu dibuat bukan untuk ditunggu.
—Sylvia Ivy Vianly.

***

Ivy dan Raka sudah selesai makan malam bersama, mereka berdua akan mengadakan sesi foto berdua seperti biasanya, lalu foto tersebut akan diunggah di media sosial masing-masing untuk membagikan apa yang terjadi. Seperti biasa, Ivy dan Raka langsung berdiri, Raka sudah meminta kepada salah satu temannya yang kebetulan fotografer ternama di Semarang untuk menghadiri acara makan malam ini dan menjadi fotografer untuk mengabadikan momen.

"Aku udah cantik belum sih, Rak?" tanya Ivy yang memamerkan beberapa gaya di ponselnya, ia mengaca di kamera ponsel untuk melihat seberapa dekilnya ia malam ini.

"Kamu selalu cantik, Vy. Udah ayo kita foto, nanti gak mulai-mulai, kita pulang malem malah." Raka menjawab. "Eh sebentar, aku ada sesuatu untuk kamu." Pria tampan itu mengambil sesuatu dari temannya, dan kembali dengan satu buket bunga yang cantik. "Bunga yang cantik seperti anniversary sebelum-sebelumnya, selalu ada pemanis untuk foto kita berdua. Selalu kurang kalau gak ada ini, bunga untuk gadisku yang manis."

Ivy mengambil bunga itu, ia memeluk Raka dengan bahagia dan mengecup singkat pipi Raka. "Thank you, aku gak nyangka bakalan dikasih bunga lagi, aku kira kamu bakalan lupa."

"Enggak, dong. Udah ayo foto!" Raka dan Ivy langsung berdampingan, mereka berdua melakukan persiapan untuk foto dalam rangka hari kebahagiaan mereka.

Fotografer langsung membidik foto mereka berdua saat pasangan tersebut sudah bergaya, berganti gaya satu sama lain hingga menghasilkan foto yang sudah cukup banyak.

"Rak, kiri sedikit!" interupsi dari fotografer, Raka langsung tersenyum dan melakukan perintah, bergeser ke kiri sedikit, lalu disusul dengan Ivy yang bergeser juga.

"Oke, satu dua tiga!" Fotografer menyodorkan jempolnya, pertanda satu foto kembali berhasil dibidik. "Geser kiri lagi, Rak!"

Raka pun menurut, ia langsung bergeser dan mulai memundurkan tubuhnya, sedangkan Ivy masih terfokus memegang bunga dan menghadap ke kamera. Raka bersimpuh dengan tangan yang menyodorkan sebuah kotak merah.

"Satu dua tiga!" Lagi-lagi sang fotografer mulai menghitung dan membidik gambar tersebut.

Raka membuka kotak merah tersebut, bersamaan dengan Ivy yang menoleh ke arah Raka dan tercengang. Gadis dengan dress lilac itu menundukkan kepalanya dan meneteskan air mata.

"Ih Raka gak lucu!" Gadis itu merengek dengan suara serak, benar-benar menangis. Bunga yang Ivy pegang ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang menangis.

"Aku serius, Vy. Sejak pertama kali kita bertemu, aku melihat matamu, melihat bagaimana senyummu, melihat bagaimana tingkahmu, aku merasakan kamu berbeda. Kamu tetap menjadi dirimu sendiri walaupun kamu tau kalau kamu gak disukai banyak orang. Hati kamu bersih, kamu tidak ada niat sedikit pun untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Aku bahagia saat kenyataannya kakek kita berdua menjodohkan kita untuk bersama. Aku bahagia saat kamu mau menjadi pacarku."

Ivy sesenggukan, ia tak menyangka akan dilamar di saat seperti ini, ia tak menyangka akan mendapatkan hadiah yang menakjubkan di saat hari bahagianya. Anniversary ke sembilan tahun dan satu hari setelah kelulusan menjadi dokter.

"Kamu hebat, bisa memperjuangkan semuanya dengan baik. Kamu hebat saat kamu mengiyakan keinginan orang tuamu untuk menjadi dokter, belajar mati-matian bersama aku untuk meraih itu semua. Kamu hebat saat kamu mau menjadi dirimu sendiri walaupun kamu disuruh untuk berubah berkali-kali. Aku bangga bisa memiliki kamu. Sembilan tahun bukan waktu yang singkat, sembilan tahun adalah waktu yang cukup lama. Kita menghabiskan waktu berdua bersama, kita berjuang bersama hingga akhirnya semua perjuangan itu berhasil juga. Kita bisa menjadi dokter dan kita bisa melewati semua waktu itu bersama."

Ivy masih menutup wajahnya, masih menangis dengan sesenggukan, speechless. Ia benar-benar speechless bukan main. Jadi ini alasan mengapa Raka bertanya mengenai pernikahan pada Ivy tadi pagi? Alasan Raka membelikannya baju dan alasan Raka mengajaknya makan malam berdua.

"Aku sudah menunggu saat ini untuk waktu yang lama. Untuk mengatakan ini, aku butuh banyak waktu. Mempertimbangkan segala hal yang mungkin terjadi. Bermunajat pada Tuhan untuk menentukan pilihan yang paling tepat. Berkali-kali ku tanya pada hatiku sendiri. Sudah tepatkah pilihanku? Dan berkali-kali pula jawabanku tetap sama, itu kamu. Satu-satunya hal yang bisa kujanjikan padamu saat ini adalah hatiku yang tulus. Akan kulakukan yang terbaik untuk mencintaimu dengan cara yang sama seperti hari ini seumur hidupku. Jadi, Ivy ... will you marry me?" Raka mengucapkan semua itu dengan tulus dan penuh keseriusan.

Ivy membuka matanya, ia mengalihkan bunga yang awalnya menutupi wajahnya, gadis itu tersenyum dan mengangguk. "I will, Raka."

Raka tersenyum bahagia, pria tampan itu langsung mengeluarkan cincin yang ada di kotak merah dan memasangkan cincin tersebut di jari manis Ivy. "Thank you, Babe."

Malam ini, mereka berdua bahagia, merencanakan satu tujuan untuk ke depannya, merencanakan kebahagiaan untuk ke depannya. Semoga saja Tuhan selalu melindungi dan senantiasa berada di sisi mereka. Ya, semoga.

Raka dan Ivy berpelukan, mereka berdua sama-sama menangis bahagia karena telah mampu melewati semuanya bersama. Mereka berdua bahagia akhirnya sampai di titik kehidupan seperti ini. Mereka hanya tinggal melangkah satu langkah lagi untuk mendapatkan kebahagiaan yang sempurna dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mereka akan disatukan dalam ikatan suci yang bernama pernikahan.

"Aku gak tau mau ngomong apalagi sama kamu, Rak. Aku bahagia banget, aku kaget. Ku kira perjalanan kita masih panjang, ternyata sebentar lagi kita akan sempurna. Satu langkah lagi kita akan mendapatkan hubungan yang jauh lebih serius. Aku kira hubungan monyet anak SMA gak akan pernah bisa sampai ke jenjang yang serius, tapi ternyata aku salah. Keseriusan ada jika kita mau mewujudkannya. Terima kasih, Raka. Terima kasih telah membuat aku bahagia. Terima kasih untuk sembilan tahunnya, terima kasih untuk kebahagiaan yang selalu kita ciptakan berdua. Gak akan ada habisnya kalau aku berterima kasih sama kamu. I love you, Raka."

"Terima kasih kembali, Sayang. Terima kasih kembali untuk segalanya. I love you more. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau. Aku bahagia bisa menghabiskan banyak waktu bersamamu. Satu langkah lagi kita akan mendapatkan segalanya. Tangguhkan bahumu, lapangkan hatimu, kuatkan kesabaranmu, kita akan melewati masa-masa di mana kita akan dipertemukan banyak rintangan lagi. Menikah bukanlah akhir segala, tapi menikah dan awal dari segalanya."

Malam ini, tepat sembilan tahun lebih satu hari, tepat satu hari setelah mereka lulus dan menjadi dokter. Mereka bertunangan. Mereka berniat untuk serius melangkah ke depan dan bertemu dalam satu ikatan. Mereka berniat menciptakan kebahagiaan kembali secara bersamaan.

Bulan, bintang, balkon rumah sakit, dan langit malam menjadi saksi kebahagiaan mereka berdua.

***

YUHU, UPDATE LAGI AKHIRNYA!

SIAPA YANG BAPER? HAMBA BAPER SENDIRI DONG PADAHAL HAMBA SENDIRI YANG NGETIK😭

UDAH MALEM, JANGAN BANYAK CINCONG YA, HAHA. SEE YOU SECEPATNYA!

XOXO,

LUTHFI SEPTIHANA🌹

Dokter VS AkuntanWhere stories live. Discover now