pencerahan

39 4 1
                                    

"RABBA KAMU BANGUN NAK??" wajah bunda sayup sayup terlihat. Rabba merasa tangan nya mengganjal dengan tusukan jarum, dan masker berada di hidungnya.

"DOKTER DOKTER!" kini suara ayah terdengar.

Rabba ingin menangis, karena ia terharu dapat mendengar suara kedua orangtua nya lagi, tapi entah mengapa menangis saja susah. jadi ia hanya bisa berusaha membenarkan penglihatanya saja agar dapat melihat mereka dengan jelas.

bunda sibuk menepuk nepuk pelan pipi Rabba sementara ayah pergi keluar ruangan setengah berlari. "rabba? rabba! jangan tutup matamu lagi ayo bangun nak! berusaha bangun ayo!"

"nak! jangan tinggalin bunda lagi! ayo bangun! bunda sama ayah kangen banget sama kamu, ayo berusaha kamu pasti bisa!". air mata bunda  jatuh di pipi Rabba. wajah bunda sangat kurus dan pucat. melihat ini Rabba merasa sangat menyesal pergi terlalu lama. ia bertekad akan menyelesaikan semuanya!

Rabba ingin berbicara tapi bibirnya tak mau bergerak, bergumam saja susah lidahnya kelu dan terasa pahit. "maaf bunda, aku terlalu lama".

JLEBB

keadaan menjadi hitam. Rabba kembali tak sadarkan diri. tiba tiba ia membuka matanya, pemandangan pertama yg ia lihat adalah sebuah ruangan gelap, di ujung tempat tidur terdapat sebuah lilin redup. ia segera sadar sepenuhnya saat merasa pergelangan tangan terasa sakit!

"ahh" ringis Rabba terasa sakit, ternyata pergelangan tangan itu sudah di perban oleh kain. kain itu masih tersisa bercak darah yg banyak. ia pun teringat percobaan bunuh dirinya. kini ia mengerti jika ia mati disini ia bisa kembali hidup disana. hanya saja disini ia gagal mati! siapa yg menyelamatkanya!

setelah di teliti dibawah ranjang kasur itu ada seseorang yg terbaring tidur. bukan hanya satu tapi tiga orang pria berbadan besar. oh ya! mereka Atha,Asad dan Sa'ad sedang tertidur.

Rabba mencoba bangkit membuat suara deritan dari ranjang kasur tua itu. mendengar ada suara bising Sa'ad segera sigap terbangun dan menemukan Rabba yg sudah sadar.

"Rabba!!!" panggil Sa'ad semangat langsung bangkit memeluk Rabba erat. "maaf membuatmu berada di situasi seperti itu tanpaku". Rabba membalas pelukan dengan erat.

Sa'ad melepas pelukan lalu mengecup kening Rabba lama, lalu beralih menatap pergelangan tangan yg terluka itu. "apa kau mencoba membunuh dirimu sendiri?".

Rabba mengangguk lemah, matanya memanas mengingat kehidupan pahitnya beberapa minggu ini. "kalian yg menyelamatkanku? kenapa tak dibiarkan mati saja?"

"kami jauh jauh kemari bukan ingin melihatmu mati!" Sa'ad merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan aneh Rabba.

"kalian akan membawaku pergi dari sini?"

"tentu saja!" ucap Sa'ad lembut kembali memeluk Rabba.

"ya! tolong bawa aku pergi! tolong! huhu b-bawa aku pergi! bawa aku pe-pergi" Rabba terisak isak menangis kencang karena ia sangat trauma belakangan ini. hidup seperti seorang anjing. sampai memilih mati saja!

"kau aman! kau aman Rabba kau aman! kami disini shhh kami disini" Sa'ad menepuk nepuk pundak Rabba pelan.

Atha dan Asad terbangun karena suara tangis. mereka pun terkejut dengan Rabba yg sudah bangun. "Alhamdulillah!" ucap Atha senang dan ikut memeluk Rabba.

"akhirnya kau bangun" ucap Asad lega.

"maaf membiarkanmu mengalami itu semua, ini salahku meninggalkanmu di kandang kuda" ucap Atha merasa sangat sangat bersalah.

"tidak! ini salahku begitu egois. terimakasih tetap menyusulku"

"tak masalah! tak masalah!" ucap Sa'ad.

RabbaniWhere stories live. Discover now