pain: telinga berdengung?

62 5 0
                                    

"UMII AKU SUDAH BISA BERKUDAA!"
teriak Rabba yang sangat antusias.Sedari tadi di perjalanan Rabba terus tersenyum girang karena bisa mengendarai kudanya.

Rabba berlari ke arah Abia dan memeluknya.lihatlah dua sejoli ini sudah seperti ibu dan putri yang saling menyayangi. "aku senang untukmu Rabba!" senyum tulus Abia sangat hangat.persis seperti ibunda Rabba.

melihat senyum itu,suasana hati Rabba tiba tiba berubah menjadi sendu.
Rabba menatap Abia dengan mata yang berkaca kaca. "Rabba ada apa?" tanya Abia panik melihat Rabba menangis.

Sa'ad ikut penasaran apa yang terjadi dengan Rabba. "matamu terkena pasir lagi?" tanya Sa'ad bodoh.

bukanya menjawab,Rabba semakin menangis dan menutupi wajahnya di pelukan Abia. "katakan ada apa?" tanya Asad yang juga penasaran.

"kau begitu senang hingga menangis?" tanya Atha polos. ke empat orang itu benar benar tak tahu apa apa.

"aku merindukan ibukuu!! huaaa!"

mendengar jawaban itu, mereka menjadi ikut sedih. yah bagaimana lagi,mereka belum mendapat kabar dari Abidzar,hanya Abidzar yang tahu apakah Rabba harus pulang atau tidak.

"tatapanmu sama dengan ibuku! tutur katamu! pelukanmu!" Rabba begitu sedih dan pilu.mengingat Rabba pergi tanpa sejejak katapun pada kedua orang tuanya.

"akupun rindu ayahku!" Rabba semakin menjerit. membuat semua yang mendengarnya pada malam itu merasa iba.

Abia mengelus kepala Rabba dengan lembut,ia sangat mengerti apa yang dirasakan Rabba.tapi Abia pun tak bisa melakukan apa apa kecuali menenangkanya. "Rabba sayangku! tak perlu bersedih,kami bersamamu selalu!"

"dan Allah tidak meninggalkanmu!"

"aku ingin pulangg!"

"bagaimana caraku kembali! ini tak masuk akal!"

yap selama ini tentu saja Rabba memikirkan cara kembali ke masa depan,ia bahkan tak tahu kabar kedua orang tuanya. apa yang tuhan rencanakan untuknya.

"Rabba bersabarlah hingga Abidzar membawa berita baik untukmu! semoga  pemimpin kami akan melakukan sesuatu untukmu!" hibur Sa'ad

"ini terlalu lama,aku bahkan tak tahu bagaimana kabar ibundaku!"

mendengar perkataan Rabba yang satu ini, Atha menjadi heran dan bertanya pada orang di sebelahnya. "paman Asad,apakah dia tak bahagia bersama kita selama ini?"

"dia hanya rindu pada ibunya! tentang bahagia atau tidak.kita tak tahu pasti,mungkin dia hanya tak terbiasa tinggal disini" bisik Asad pelan. yah isi hati seseorang hanya tuhan yang tahu.

"hey Rabba! jangan kamu menangis! kalau perlu kami akan menghiburmu selama waktu yang di butuhkan!" hibur Atha yang memang sangat peduli, Rabba sudah bagaikan adik perempuan baginya.

Rabba tak menjawab,sebenarnya perkataan mereka untuknya cukup tersentuh dan menyenangkan.walaupun itu tak bisa mengobati rasa rindunya yang luar biasa!

"sudahi tangismu! ayo makan bersama,kalian pasti kelaparan sedari tadi" saran Abia.
sekarang sudah pukul sembilan malam,seperti yang kalian tahu perjalan pulang dan pergi adalah dua jam setengah.

Rabba melepaskan pelukannya perlahan dan masih terisak.dilihatlah mereka wajah Rabba yang memerah dengan mata sembab.

"Ummi Abia,maafkan aku,bajumu basah karenaku!". pakaian Abia sangat basah sekarang karena air mata Rabba.

"tak apa Rabba! ini hanya airmu" ucap Abia sambil tersenyum.

Asad menghampiri Rabba dan mengusap air matanya dengan kedua ibu jari besar dan kasarnya. "sudahlah jangan menangis.tadi siang kau baru saja tertawa,sekarang menangis?" hibur Asad.


RabbaniWhere stories live. Discover now