CHAPTER 10

4.9K 112 2
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

*****

"Kau yakin akan pergi? Tunda saja dulu sampai lukamu pulih." Audrey juga khawatir, mendengar Zella yang menelponnya bahwa pagi ini ia akan kembali masuk bekerja.

"Sampai kapan? Aku tak bisa menundanya terlalu lama ini sudah dua hari..."

"Are you okay?"

"Yeah. Aku Baik- baik saja... Kematian tak akan membuatku terpuruk." Zella memejamkan mata. Jujur saja Zella tak ingat kejadian itu sepenuhnya, matanya tertutup jadi tak ada begitu menyakitkan saat kejadian bedebah itu dibunuh.

"Bagus! Aku suka dengan sikap tegasmu... Lalu bagaimana lukamu?"

"Lukaku juga telah membaik... Apa kau lupa kak, aku hampir mati juga di tembak waktu menjalani misi pertama kalinya." Zella tak akan melupakan kejadian yang menyakitkan ia hampir saja mati karena, timah panas itu hampir mengenai jantungnya.

"Yeah aku tau kau keras kepala! Kau jauh lebih keras kepala dari aku dan Diandra."

"I love you my Leader."

"Owh shit! menjijikan aku harus mengatakan hal ini kepada Leonard, bahwa kau mencintaiku."

"Suamimu akan membunuhku."

Zella mematikan sambungan telepon ia kembali memperhatikan penampilannya. Masih dengan tank top hitam dan celana selutut, Zella melihat luka pada lengan kirinya. Ia berpikir keras, bagaimana cara menutupi luka di lengannya— secara begitu sulit untuk menutupinya karena pakaian pelayan di mension Cristopher memiliki potongan lengan yang juga pendek. Sangat mustahil untuk menutupi lengannya yang masih di perban.

"Aku terpaksa harus membukanya." Zella tak memiliki pilihan lain selain melepaskan perbannya, jahitan pada lengannya kembali terlihat tetapi Zella dengan cepat menutupnya dengan plaster luka.

Setelah memastikan semuanya aman. Zella memasang pakaian maidnya, beberapa kali ia ingin tertawa melihat wajahnya. Masih ada 47 hari lagi untuk ia melakukan semua pekerjaannya di Mension Cristopher.

Zella berjalan menuju ranjangnya menggambil tas dan juga ponsel miliknya. Sejak semalam Zella menonaktifkan ponsel miliknya, bukan tak ada alasan tertentu— Zella tak ingin kenneth kembali mengganggu dengan terus menelepon.

Zella melihat banyak notifikasi pesan yang masuk. Alih- alih membalas pesan, tangannya dengan cepat membersihkan semua pesan yang dikirimkan Kenneth untuknya, Zella juga memblokir nomor Kenneth dari ponselnya.

****

Zella memiliki kartu tanda pengenal sekarang. Para penjaga gerbang juga mulai terbiasa dengan kehadirannya, tetapi Zella sama sekali tak ingin berbicara atau sekedar berbasa- basi.

Kakinya melangkah melewati pintu utama mension. Suasana kosong sebuah mension yang luas, sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi Zella.

"Kau pelayan baru." Suara bariton yang sangat asing membuat Zella terkejut.

𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 𝐊𝐈𝐋𝐋 𝐘𝐎𝐔 Where stories live. Discover now