Bab 44. Ledakan emosi

53 10 4
                                    

"Oke, aku turutin apa mau kamu, tapi ingat, jangan lagi ganggu dia." 

Mata Berlian tentu saja langsung berbinar saat mendengar penuturan itu. Tidak peduli dengan ekspresi yang Evans berikan saat mengatakannya. Sekarang mungkin Evans melakukan semua ini dengan terpaksa, tetapi Berlian yakin laki-laki yang pernah menjadi iparnya ini lambat laun akan luluh. 

Akhirnya dia bisa membuktikan jika apa yang pernah dimiliki Mutiara, bisa menjadi miliknya. Apa pun yang dirinya mau bisa terwujud meski dengan cara yang salah sekalipun. Berlian sungguh tidak peduli dengan itu semua. Yang terpenting untuknya saat ini adalah Evans mau memberi kesempatan untuk hubungan mereka. 

"Jadi, nama hubungan kita apa sekarang?" tanya gadis itu penuh antusias, sudah membayangkan akan segera mengabarkan berita bagus ini kepada orang tua juga teman-teman yang selama ini meragukannya. 

"Terserah kamu." Evans tampak menghela napasnya dengan gesture lelah. Merasa sangat salah mengambil keputusan, tetapi demi ketenangan hidup Adistia, dia rela mengorbankan apa pun. 

"Pacar?" ujar Berlian lagi tanpa memudarkan senyumannya. 

"Aku bilang terserah kamu." Evans memilih pergi saat merasa muak mendapati wajah Berlian terus saja berbinar setelah mendapatkan sesuatu yang diinginkan meski menggunakan cara salah. 

"Kalau gitu anter aku pulang!" Berlian menggandeng lengan Evans, senang saat laki-laki itu tidak menyentakkan tangannya. 

"Bukannya kamu bawa mobil?" 

Berlian tidak menjawab, melainkan melepas tangan Evans sejenak untuk menghampiri asistan yang sejak tadi berdiri di samping mobil menunggunya. 

"Kamu bawa mobilnya ke apartemen," kata gadis itu sembari menyerahkan kunci mobil pada asistannya itu. Lalu segera kembali ke mobil Evans sebelum laki-laki itu kabur dan meninggalkannya. 

Evans yang merasa hidupnya tidak akan baik-baik saja setelah ini hanya bisa mendesah lelah. Nyatanya menyingkirkan Berlian dari hidupnya tidaklah mudah. Jika tahu seperti ini akhirnya, semua usaha yang dilakukan dengan Adistia sungguh sangat tidak berguna. Atau, ini sebentuk karma yang didapat karena sudah berbohong pada orang tua Adistia juga mamanya sendiri?

*

Adistia yang selalu waswas setiap harinya akhirnya merasa tenang saat beberapa hari ini, gangguan yang ada di hidupnya seolah-olah berhenti. Bahkan perasaan terus diikuti oleh seseorang dari banyak tempat juga tidak lagi ada. Rasa aman itu hadir begitu saja entah dikarenakan apa. Atau mungkin orang yang berniat menganggunya sudah menyerah? Atau jangan-jangan tengah menyiapkan amunisi atau rencana baru yang lebih besar? 

"Kamu kayaknya anteng terus di rumah?" Pertanyaan semacam itu akhirnya muncul dari bibir sang bunda. Dita sudah pulang sejak satu jam yang lalu setelah semua pesanan kue selesai. 

Adistia yang sedang memeriksa dapur baru di belakang rumahnya menoleh, mendapati sang bunda yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. 

"Pesanan kue lagi banyak banget, Bun. Dan aku juga lagi sibuk ngurusin ini." Adistia mengedik ke arah bangunan tambahan yang dia buat di belakang rumah. 

Mr. COFFEE and Miss COOKIENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ