Bab 34. Tidak sesuai harap

52 14 0
                                    

Setelah mematung beberapa saat, akhirnya Evans memutuskan untuk menggerakkan kakinya kembali. Tentu saja tidak untuk menjauh karena dia tidak sepengecut itu. Lagipula jika boleh, sebenarnya Evans ingin sekali membangun hubungan baik dengan gadis yang kini masih melempar pandang ke arah lain itu. Sama sekali tidak mau menatap ke arahnya sedikit pun.

Evans maklum karena pertemuan terakhir mereka tidak berakhir baik. Tidak seperti yang dirinya inginkan. Dia menyukai kedekatannya dengan Adistia, tetapi jika boleh tidak lebih dari teman. Laki-laki itu hanya ingin mereka berinteraksi nyaman seperti sebelumnya, sehingga dia bisa melihat terus senyuman dengan gigi gingsul yang beberapa hari ini sangat dirindukannya itu. Namun Evans tekankan sekali lagi, dia hanya ingin hubungan pertemanan, atau pun rekan bisnis juga boleh, asalkan tidak yang melibatkan hati. Apakah keinginannya ini terlalu sulit diwujudkan? Atau malah terkesan egois?

"Dateng juga lo!" Arman menggeser tubuhnya agar Evans duduk di tempat kosong sebelahnya. Sengaja menyisakan tempat di mana kini Evans duduk berhadapan dengan Adistia. Gadis itu akhirnya mencuri-curi pandang ke wajah Evans setelah puas melempar tatapan ke arah lain.

"Apa kabar?" Meski tidak menyebutkan nama, tetapi semua yang ada di sana tahu jika pertanyaan itu ditujukan untuk Adistia. Karena kini mata Evans tertuju pada gadis itu.

Mencoba menguasai gugup yang merajai, Adistia menjawab singkat. "Aku baik," katanya, menahan diri untuk tidak bertanya balik tentang kondisi Evans. Yang kini Adistia lihat, Evans tampak baik-baik saja, hanya wajahnya tidak serapi kemarin. Ada berewok tipis yang menghiasi, tetapi hal itu justru membuat Evans terlihat makin tampan.

"Pesen, gih!" kata Arman mencoba mencairkan suasana kaku yang ada.

Evans mengangguk, keinginannya untuk kabur menghilang sejenak. Ada rasa nyaman yang dirasa kini saat akhirnya sosok itu terlihat oleh matanya. Rasa rindu yang selama ini coba Evans sangkal dan mati-matian laki-laki itu abaikan menemukan penawarnya. Evans segera memanggil pelayan untuk memesan secangkitr teh. Hal yang sempat menyita fokus Adistia sejenak, mungkin gadis itu menduga dirinya akan memesan kopi.

"Yang, tas yang aku beli kemarin masih di mobil kamu, ya?" Namira tiba-tiba bersuara. Ada isyarat yang gadis itu mainkan melalui matanya, tetapi sepertinya Arman tidak terlalu memahami isyarat itu.

"Tas apa? Memang kamu beli tas?"

"Yang kemarin, ini temen aku pengin liat, suruh fotoin modelnya."

"Memang di mobil aku?" Arman masih tidak paham dengan gerakan mata yang tunangannya berikan, padahal kini aura yang Namira sorotkan sudah seperti orang yang ingin menerkamnya.

"Iya, ayo bantuin nyari." Namira bangkit, tetapi Arman malah menyorongkan kunci mobil padanya.

"Ambil sendiri aja, males."

Namira yang jengkel akhirnya menyeret paksa lengan laki-laki itu. "Bentar, ya, Dis, Mas Evans," katanya sembari pergi dengan menyeret tangan Arman.

Adistia yang paham jika Namira sengaja pergi untuk menyisakan waktu agar dia bisa berdua dengan Evans kini merasakan kegugupannya semakin bertambah. Berharap dua sejoli itu tidak akan meninggalkannya. Adistia benar-benar bingung harus bersikap seperti apa saat ini. Berdua dengan laki-laki yang beberapa waktu lalu menolak cintanya tentu saja bukan hal yang bisa membuatnya tenang.

"Gimana usaha kue?" Evans yang juga merasakan kecanggungan tidak menyenangkan mencoba mencairkan suasana.

Adistia menjawab dengan anggukan kepala, lalu berujar lirih, "Alhamdulillah, masih stabil," katanya dengan senyuman tipis.

Evans ingin sekali melihat senyuman lebar yang menunjukkan gigi gingsul itu, tetapi sepertinya saat ini keinginan itu terlalu muluk. Hening kembali tercipta, Evans mengucapkan terima kasih pada pelayan yang baru saja mengantarkan tehnya. Menyesap minuman dalam cangkirnya dengan mata memandang Adistia yang kini mengedarkan mata ke mana-mana, laki-laki itu berpikir topik obrolan apa yang bisa dibangunnya lagi?

Mr. COFFEE and Miss COOKIEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora