23. Pasangan Games?

Start from the beginning
                                    

Kayla yang melihat kehadiran Ivy pun hanya bisa berdecak sebal. Padahal ia sudah mengatakan kepada seluruh temannya jika Ivy tidak bisa hadir hari ini. Namun nyatanya apa? Gadis itu justru bisa mengeluarkan batang hidungnya juga. Menyapa seolah tak pernah ada masalah apa-apa di antara Ivy dan lainnya.

"Gue kira setelah lo ngusir gue kemaren, lo gak bakalan hadir ke sini. Kan lo udah lupa sama temen lama lo. Kan sekarang yang ada di pikiran lo cuman diri lo dan ekspektasi tinggi dari keluarga lo, right?" ujar Kayla ketus.

"Udahlah, Kay. Yang terpenting sekarang kan Ivy dateng ke sini. Ivy ada di tengah-tengah kita," ujar Bening menengahi.

Keadaan tentu saja semakin canggung saat ini. Semuanya seolah terbagi menjadi dua kubu, kubu yang membela Kayla dan kubu yang membela Ivy.

"Lo apa kabar, Vy? Gimana perasaan lo setelah jadi dokter? Oh iya, congrats ya buat gelar dokter yang akhirnya bisa lo raih." Sebelum semuanya menjadi semakin kacau, Aksa menyapa sahabat lamanya, berusaha semaksimal mungkin supaya keadaan kembali ramai dan ramah tentunya.

"Baik, Sa. Gue pastinya happy banget karena perjuangan jadi dokter bukan hal yang mudah. Thank you ya buat ucapannya."

Semua itu hanyalah awalan dari acara reunian mereka. Seiring berjalannya waktu acara pun terus berjalan dan suasana pun mulai mencair, sudah tak ada lagi kecanggungan di antara mereka. Kini yang ada justru euforia saat-saat mereka masih SMP, masih bersama.

"Oke, our couple on this games is Ravindra and Ivy!" teriak Aksa yang tentu saja langsung membuat tubuh Ivy kembali menegang.

Lagi?

Ivy harus dipasangkan kembali dengan Ravin di saat reuni seperti ini? Apalagi masalahnya sekarang ada Bening yang sudah menjadi kekasih Ravin, tentu saja Ivy merasa sangat tidak enak hati.

"Bening aja kali ya yang pasangan sama Ravin, gue gak ikutan deh." Dengan ucapan yang lembut Ivy berusaha menolak permainan ini. Ia takut dibilang wanita gampangan yang dengan mudahnya masuk dan mengganggu hubungan orang, ya walaupun acara ini hanyalah acara sebatas permainan untuk seru-seruan saja.

"Eh gapapa kali, Vy. Kalau lo ngerasa gak enak karena gue sekarang jadi pacarnya Ravin dan lo malah jadi couple di dalam games, gue justru gak masalah sama sekali kok. Gue anggep ini buat seru-seruan aja kali, Vy." Bening pun turut menimpali.

"Iya, Vy. Kita di sini juga cuma buat seru-seruan aja, jadi ya have fun lah. Lo gak usah canggung gitu karena Bening sekarang pacarnya Ravin atau karena lo dulu mantannya Ravin. Chill aja," sahut temannya yang lain.

Baiklah jika seperti ini keinginan mereka semua. Menurut Ivy, ini juga sebatas permainan, tak masalah jika dirinya harus berhadapan dengan mantan. Pun, sudah lama juga mereka tidak saling berinteraksi, bahkan bertemu.

"Ravin, lo oke kan kalau main games sama gue?" Takutnya saja Ravin sedikit risih jika dipasangkan dengan Ivy, atau mungkin Ravin tidak suka dengan kehadiran Ivy. Oleh sebab itulah Ivy izin untuk menginformasikannya kepada Ravin.

"Oke kok gue, gapapa."

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang, mereka berdua pun maju ke panggung dan duduk di sana. Setelahnya pembawa acara langsung memulai acara, sedikit bercanda sebelum akhirnya kembali ke permainan.

"Oke jadi di sini kita main truth or dare buat kalian berdua ya. Tantangan atau pertanyaan yang akan diberikan ke kalian tentu saja berasal dari kotak ini, kotak yang teman-teman kalian dan juga kalian sudah tuliskan tadi, sebelum kita mendapatkan kalian sebagai pasangan permainan," jelas pembawa acara sembari menunjukkan dua buah kotak sedang. "Oke kita mulai dari Ravin dulu ya karena tadi kalah suit sama Ivy," lanjutnya kembali yang hanya dibalas anggukan oleh Ravin.

"Truth or dare, Ravin?" tanya pembawa acara tersebut.

"Truth," balas Ravin singkat sebelum akhirnya tangan pria tersebut masuk ke dalam kotak dan mulai mengambil kertas di dalam sana. "Hal termahal apa yang pernah kamu beli?" ujarnya membaca pertanyaan dari kertas yang ia ambil.

"Nah, pertanyaan yang luar biasa nih! Boleh dijawab Ravin."

"Hal termahal yang pernah gue beli dan akan selalu jadi hal paling istimewa bagi gue adalah villa ini." Mata Ivy langsung membelalak kaget saat mendengar perkataan dari Ravin, benar-benar tak pernah terlintas dalam benaknya jika villa mewah yang saat ini sedang mereka tempati untuk acara reunian adalah villa milik Ravin.

"Kalau kalian semua tau dan kenal deket sama gue dari dulu, kalian pasti tau seberapa struggle gue dalam hidup ini. Gue yang cuma anak petani dan anak tukang warung, gue yang selalu berjuang buat masuk negeri karena orang tua gue tentu gak mampu buat bayarin sekolah gue, gue yang bisa masuk ke SMP Bintang karena beasiswa karena emang gue sebenernya gak deserve banget di sini. Tapi sekarang gue bersyukur karena gue bisa mengubah garis kehidupan gue. Gue bisa berjuang buat bangga dan bahagia orang tua gue. Gue bisa biayain adik gue kuliah, pun gue bisa ada buat semua hal-hal yang dulu gue pikir gak mungkin. Gue bersyukur banget bisa ada di titik ini, gue juga bersyukur karena Bening selalu ada di hidup gue. Bening selalu support gue. Bening yang nemenin gue dari nol sampai akhirnya gue bisa berada di titik ini."

Tepuk tangan tentunya langsung menggema, mereka semua sangat terharu mendengar cerita dari Ravin, pria pemberani yang bahkan selalu menyelipkan nama Bening seolah benar-benar merasa bangga dan bersyukur atas kehadiran wanita tersebut.

"Wah selamat ya, Ravin! Villa yang indah! Selamat juga untuk hubungan Ravin dan Bening yang super keren sekali support-nya. Semoga kalian berdua segera halal ya." Mungkin memang hanya itu saja yang bisa pembawa acara sampaikan, mendoakan pasangan yang bahkan menurut Ivy sendiri mereka sangat cocok dan saling support.

"Oke next kita ke Ivy! Truth or dare, Ivy?"

"Truth," balas Ivy tak kalah cepat juga. Gadis itu tentu saja langsung memasukkan tangannya ke dalam kotak dan mengambil kertas di dalam sana. "Di sini, siapa orang yang paling pengin kamu jadikan pacar?" Gadis itu membacakan pertanyaannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Shit. Ivy benar-benar malu. Nampaknya kali ini dewa keberuntungan tidak lagi berpihak padanya. Mengapa Ivy harus mendapatkan pertanyaan seperti ini, Tuhan?

"Oh My God, its a good question! C'mon, Ivy! What the answer?" respon pembawa acara.

"Oke, di sini gue bakalan jujur ya. Gak bakalan ada yang gue tutup-tutupi. Orang yang ada di sini, yang pengin gue jadiin pacar adalah ...."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam untuk kalian semua!

Apa kabar nih?

Kangen gak sih?

Penasaran sama konflik selanjutnya gak nih? Next part mungkin bakalan udah ke konflik ya.

Oh iya, please komen ya kalau kalian mau aku buruan update, soalnya aku lagi liburan juga, pengen produktif nulis lagi tapi kadang males hehe. Tolong spam aja ya:) Makasih, all💗

Sampai jumpa secepatnya ya!

Xoxo,

Luthfi Septihana 🌹

Dokter VS AkuntanWhere stories live. Discover now