38

11K 1.1K 98
                                    

Bagiku natal tahun ini adalah natal yang paling terburuk dalam hidupku. Hanya dalam semalam cintaku yang kupupuk selama belasan tahun hancur tak bersisa.

Pasca aku menolak lamaran Pak Reynaldi, pria yang masih tetap kucintai itu memilih pergi ke bar minum seorang diri untuk meluapkan kekecewaannya kepadaku.

Sialnya di sana dia bertemu dengan beberapa pengunjung pria yang sedang mabuk. Awalnya karena ketidaksengajaan terjadi percekcokan di antara Pak Reynaldi dan salah satu di antara pria tersebut. Namun lama-lama karena pengaruh alkohol percekcokan tersebut berujung panas. Tidak ada satu pun yang mau mengalah di antara mereka. Hingga akhirnya pria yang menjadi lawan bicara Pak Reynaldi gelap mata lalu nekad menusuk perut Pak Reynaldi hingga terluka parah.

Melihat keadaan Pak Reynaldi terluka, pria tersebut langsung kabur bersama teman-temannya. Untung saja pemilik bar langsung sigap menelpon polisi dan ambulans. Kalau tidak, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada pria yang sangat kucintai itu.

Sebelum tidak sadarkan diri Pak Reynaldi masih sempat memberitahukan kepada pemilik bar untuk menghubungi Alex.

Dari cerita Alex kepadaku, setelah mendapat telpon dari pemilik bar, dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit tanpa memberitahuku karena takut membuatku cemas. Namun yang tidak diperkirakannya adalah ternyata si kembar telah mendengar semua isi pembicaraan.Tidak bisa mengelak lagi terpaksa Alex membawa keduanya ikut serta. Meninggalkanku seorang diri tanpa tahu kekacauan apa yang terjadi.

Setibanya di rumah sakit, aku melihat ternyata Tuan Subagja sudah berada di situ bersama anak-anak.

Kok bisa beliau ada di sini? Bukankah jarak antara Indonesia ke Kanada jauh sekali mencapai belasan ribu kilometer? Tidak mungkin hanya dalam sekejap beliau bisa tiba di tempat ini. Ini aneh, cukup membingungkan bagiku.

Kini muncul berbagai pemikiran buruk di kepalaku.

Melihat kedatanganku pria tua itu langsung memandangku dengan dingin. Tidak ada reaksi sama sekali. Beliau memperlakukanku seolah tidak penting.

Untunglah Sheyna dan Aaron tidak demikian. Keduanya langsung menghambur ke pelukanku tanpa memedulikan tatapan tajam dari kakeknya. Dalam pelukanku kami bertiga menangis bersamaan mengkhawatirkan kondisi orang yang paling kami sayangi bersama-sama.

"Papa pasti baik-baik saja. Dia adalah pria yang kuat." Kataku kepada mereka agar keduanya tenang. Padahal aku sendiri ragu dengan perkataanku, namun sebagai yang paling tua aku harus menguatkan mereka.

"Sheyna takut papa meninggalkan kita..."
.
"Sstt...jangan bilang begitu. Papa pasti sehat kembali. Percaya sama Tante." Aku menatap mereka satu-persatu dengan sorot mata penuh keyakinan.

Sialnya kata-kataku itu tidak berlaku setelah dokter mengatakan kepada kami bahwa Pak Reynaldi kritis. Lukanya cukup banyak dan juga dalam sehingga mengenai beberapa organ vitalnya. Kemungkinan untuk sembuh seperti sedia kala sangat kecil. Meskipun begitu mereka berjanji akan melakukan yang terbaik.

Sheyna tentu saja yang paling histeris mendengar papanya kritis. Remaja perempuan itu sampai harus digendong Alex karena jatuh pingsan di depan kami semua. Berbeda dengan kembarannya, Aaron lebih memilih memeluk kakeknya. Wajah keduanya tampak terpukul mendengar kabar yang disampaikan oleh dokter tersebut.

Sedangkan aku, jangan tanya lagi bagaimana perasaanku sekarang. Penyesalan begitu besar menggerogoti hatiku. Kata seandainya terus berputar dikepalaku menyesali semua kejadian yang terjadi ini.

Pak Reynaldi jelas tidak bersalah, namun kenapa dia harus menanggungnya sendiri. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya tubuh pria yang kucintai itu ketika ditusuk oleh pria asing tersebut. Mungkin saja dia berteriak minta tolong, atau malah pasrah menerimanya karena sudah tidak berdaya. Entahlah, memikirkannya saja membuatku semakun marah kepada diriku sendiri. Andai aku tidak mendiamkannya mungkin dia tidak pergi ke bar hingga berujung seperti ini.

Pemain FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang