34

16K 1.9K 77
                                    

Menurutku natal tahun ini terasa berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Selain karena lokasi tempatnya yang berbeda, hubunganku dengan Pak Reynaldi juga ikut mengalami peningkatan. Aku yang dulunya berstatus pengasuh kini berganti menjadi kekasihnya. Ditambah lagi dengan kehadiran seorang sahabat baru dihidupku, yaitu Alex, membuat kebahagiaanku semakin lengkap saja.

Tiada hari tanpa tawa bahagia menghiasi hari-hariku belakangan ini. Sikap manja si kembar, perhatian penuh cinta dari Pak Reynaldi, dan juga kehangatan seorang sahabat dari Alex membuat hidupku nyaris terasa sempurna. Aku merasa Tuhan seolah mengganti semua kesedihanku selama belasan tahun ini. Kalau di cerita-cerita inilah akhir yang paling diinginkan semua orang.

"Man, udah enak gak rasanya?" Saat ini aku sedang berada di dapur bersama Alex menyiapkan hidangan natal untuk besok malam.

"Sepertinya kejunya tambahin dikit lagi soalnya sikembar suka sama keju." Ujarku memberi saran yang segera dikerjakan oleh Alex.

"Daging kalkunnya udah kamu marinasi kan?" Alex bertanya lagi.

"Udah. Barusan itu kumasukkan ke dalam kulkas. Tinggal buat puding aja, biar besok kita gak terlalu repot nyiapkannya."

"Hmm..." Alex mengangguk setuju.

"Masak apa sih Man, kok sibuk banget kelihatannya?"

Aku tersentak saat merasakan sepasang lengan yang kukenal melingkari perutku dengan erat. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si duda kesayanganku.

"Bapak..." ucapku sedikit gugup dengan kedekatan kami yang nyaris tanpa jarak. Kadang-kadang ini duda gak lihat-lihat tempat kalau mau ngumbar kemesraan. Semoga saja Alex gak enek lihat adegan jack dan rose kw yang kami perankan sekarang.

"Wangi banget di sini," gumam Pak Reynaldi sembari menempelkan hidung dan bibirnya di ceruk leherku.

Mendadak aku jadi blank. Jantungku seketika berdetak lebih kencang. Ini maksudnya yang wangi apa? ruangannya kah atau memang leherku.

"Namanya juga lagi buat kue, pasti lah wangi," ucapku berusaha normal di tengah gempuran gigitan kecil Pak Reynaldi yang nyaris membuatku ingin mendesah.

Sialan ini duda! Ngapain juga berbuat aneh-aneh di dekat Alex. Seneng banget mancing-mancing orang buat khilaf.

"Tapi ini beda wanginya, Man. Saya lebih suka yang ini." Suara Pak Reynaldi terdengar berat di telingaku.

Gawat, ini sudah tidak bisa dibiarkan. Lama-lama begini, takutnya aku yang jadinya berbuat khilaf menerkamnya.

"Ekhem...." Alex sengaja pura-pura batuk keras di depan kami.

Seketika aku segera tersadar lalu cepat-cepat melepaskan diri dari kungkungan Pak Reynaldi.

Berbeda denganku yang tampak salah tingkah di depan Alex, Pak Reynaldi malah terlihat biasa saja. Tidak terlihat seperti pasangan mesum yang sedang tertangkap melakukan tindakan asusila.

Dasar duda sialan! Kalau bukan karena cinta, ingin rasanya kupanggang bokongnya sampai gosong.

"Masih ada lagi yang mau dimasak, Man?" Tanya Pak Reynaldi santai seolah tidak melakukan kesalahan apa pun.

"Ini tinggal buat puding aja, Pak." Jelasku dengan sikap senormal mungkin. "Bapak mau cicipi cinamon roll buatan Alex?" Tawarku kepadanya. Oh iya, aku lupa mengatakan bahwa sampai sekarang aku masih memanggil Pak Reynaldi dengan sebutan Bapak. Meskipun kekasihku itu menyatakan keberatannya, namun entah kenapa aku lebih nyaman memanggilnya seperti itu.

"Boleh," ucapnya tak menolak. "Tapi dikit aja ya. Perut saya masih kenyang."

Aku mengangguk menurutinya , kemudian menyerahkan sepotong kecil cake tersebut kepadanya.

Pemain Figuranजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें