26

50.5K 4.7K 1.7K
                                    

Papa sama Tante lagi ngapain?"

Mendengar suara Sheyna di depan pintu, membuatku spontan mendorong tubuh Pak Reynaldi menjauh dariku.

Pak Reynaldi tampak ingin protes, namun saat aku mengode ada Sheyna di depan pintu, si duda tampan itu langsung melepaskanku dengan tak rela.

Tentu saja kesempatan itu langsung kugunakan untuk mengambil mantelku yang teletak di lantai, lalu mengenakannya dengan cepat. Aku tak ingin Sheyna melihatku yang nyaris telanjang. Bisa hancur harga diriku di depannya.

"Papa lagi ngapain sih sama Tante?" Sheyna mengulangi pertanyaannya tadi sembari berjalan mendekati kami dengan rasa penasaran. Matanya menatap kami berdua seolah menyelidiki.

Dalam hati aku berdoa semoga saja bibirku tak terlihat bengkak akibat perbuatan papanya.

"Tidak ngapa-ngapain, sayang. Ini Tante lagi bicara sesuatu saja sama Papamu." Aku tertawa dibuat-buat mencoba menutupi kegugupanku.

"Iya Pa?" Sheyna mencoba memastikan kepada Pak Reynaldi. Namun sialnya alih-alih mendukung karanganku, si duda tampan itu malah menunjukkan raut kekesalan yang kentara.

Sungguh tidak bisa diajak kerja sama ini orang!

"Pak, anaknya dijawab dong," aku berkata lembut kepada Pak Reynaldi sambil mencubit pinggangnya dari belakang.

Pak Reynaldi berjengit kaget mendapatkan cubitan maut dariku. Tapi ia tidak dapat membalasku karena aku sudah lebih dulu memelototinya dengan kejam. Awas saja kalau dia berkata yang sejujurnya, kupastikan akan kutendang dia keluar dari apartemen malam ini.

"Iya sayang. Papa lagi bicarakan sesuatu yang penting sama Tantemu." Pak Reynaldi berkata dengan suara serak sambil mengusap tengkuknya gelisah.

"Tapi kenapa posisinya kayak pelukan gitu? Sepenting apa sih pembahasannya, Pa?" Sheyna berkata sambil melirik kami berdua dengan jahil. Seolah-olah ia tahu apa yang kami perbuat barusan.

Oh tidak, kalau itu terjadi mau ditaruh kemana mukaku lagi.

"Hahaha...perasaan kamu aja itu, Shey. Papa sama Tante gak lagi ngapa-ngapain kok," ucapku ngeles. "Mungkin karena kamu baru bangun, makanya mata kamu masih buram. Ya kan, Pak?" Kukedipkan mataku sebelah menyuruh Pak Reynaldi membantuku. Semoga saja dia mengerti maksudku.

Untungnya si duda tampan itu memahami maksudku. "Iya, mungkin mata kamu saja yang salah," ucap Pak Reynaldi terdengar ogah-ogahan.

"Oh..." Sheyna mengangguk mengerti, tapi sorot matanya masih memancarkan keraguan yang jelas terlihat.

Aku jadi sampai bingung harus membuat alibi apalagi agar dia percaya.

Untung saja Pak Reynaldi dapat mengerti kegelisahan ku. Si duda tampan itu dengan tegas menyuruh kami berdua masuk kamar agar kembali tidur.

Kesempatan itu tentu saja tidak aku sia-siakan. Secepatnya aku langsung mengajak Sheyna masuk kamar.

Setibanya di dalam kamar, aku beralasan ke kamar mandi untuk mengelak dari pertanyaan Sheyna. Sengaja aku berlama-lama agar tidak mendapat pertanyaan dari Sheyna.

Dan sepertinya caraku itu berhasil. Karena begitu aku keluar dari kamar mandi, remaja cantik itu sudah kembali tertidur lelap.

***

Paginya aku terbangun dengan perasaan kacau. Ditambah lagi dengan tidak adanya kehadiran Sheyna di sisiku membuatku semakin bertambah uring-uringan. Seketika pikiran buruk langsung menyeruak di kepalaku. Aku cemas Sheyna menganggapku buruk setelah kejadian semalam.

Pemain FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang