10

25.5K 2.4K 122
                                    

Menuruti perintah Pak Subagja, tanpa membantah aku segera masuk ke dalam kamar meninggalkan semuanya dengan diam-diam.
Kurasa malam ini aku harus melewati malam sambil menahan lapar.

Sesampainya di kamar, aku langsung menjatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur. Entah apa yang dikatakan oleh asisten Pak Subagja sehingga tidak ada seorang pun yang mencari keberadaanku setelah beberapa menit terlewatu. Padahal mengingat tadi kami masih bersama, mustahil rasanya mereka tidak menyadari kehadiranku.Tapi hingga berapa lama aku menunggu tidak ada satu pun yang datang mengetuk pintuku. Sepertinya aku tidak seberharga itu di mata mereka. Mungkin selama ini aku saja yang terlalu percaya diri.

Miris melihat kehidupanku, aku memutuskan untuk tidur saja. Mungkin kalau memejamkan mata rasa sakit di hatiku juga perlahan menghilang.

Sebelum tidur samar-samar aku masih bisa mendengar suara tawa dari arah ruang makan. Kutebak pasti Pak Reynaldi telah melamar Arini di depan keluarganya. Ya, begitulah akhirnya. Mereka bahagia, aku yang menderita.

Entah berapa lama aku tertidur, karena begitu membuka mata aku mendengar suara hujan yang deras dibarengi suara petir dari balik jendela.

Dinginnya udara dari luar ditambah dinginnya AC membuatku menggigil. Cepat-cepat aku langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhku.

Namun sial bagiku, mata ini tidak bisa diajak terpejam lagi. Ditambah dengan kondisi perut yang kelaparan membuat tubuhku semakin gelisah.

Arini sialan! Kalau bukan karena kehadirannya, mungkin aku tidak akan merasakan kelaparan seperti ini.

Kryuk...

Untuk kesekian kalinya perutku terus mengeluarkan bunyi yang menyedihkan. Sepertinya perut indahku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Mau tak mau terpaksa aku harus mengisinya dulu sebelum dia benar-bensr berulah menjadi membuatku sakit.

Dengan malas aku segera turun dari tempat tidur. Aku baru sadar ternyata aku masih belum berganti baju. Baju yang kukenakan masih sama dengan yang kupakai menyambut kedatangan Pak Subagja tadi. Pantas saja aku tadi merasa tidak nyaman tidur. Yang biasanya pakai daster pendek tiba-tiba berubah mengenakan gaun modis yang bahannya lebih tebal. Ditambah lagi riasan dan aksesoris yang kupakai belum sempat kulepaskan. Jadi wajar saja tadi tidurku terasa sesak. Ternyata bukan karena patah hati yang membuatku tidak nyaman, tapi karena keteledoranku. Menyadari hal itu membuatku jadi tertawa sendiri.

Setelah mengganti bajuku dengan daster pendek, aku kemudian mencuci wajahku sampai bersih.

"Ah, segarnya..." desahku lega saat melihat wajahku yang sudah bersih di cermin. Tak tahan dengan dinginnya air, aku segera melap wajahku dengan handuk cepat-cepat.

Pelan-pelan aku keluar dari kamar menuju dapur. Rumah terasa sepi sekali. Sepertinya semua orang sudah tidur mengingat ini sudah pukul satu dini hari.

Sesampainya di dapur aku langsung menuju kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa kumakan. Mungkin sepotong cake coklat besar dapat membuatku kenyang.

Mataku berbinar senang saat melihat di dalam kulkas terdapat black forest besar yang siap disantap. Dengan semangat aku segera menjulurkan tanganku untuk mengeluarkannya. Namun belum sempat aku melakukannya, tiba-tiba lampu di dapur padam sehingga membuat ruangan menjadi gelap.

"Akhirnya penyusupnya ketangkap juga." Suara Pak Reynaldi terdengar di belakangku.

Mati aku! Kenapa juga harus bertemu dengan dia malam-malam begini.

Sesaat kemudian lampu kembali dihidupkan lagi oleh Pak Reynaldi. Dapat kulihat tatapan gelinya saat melihat posisiku yang seperti maling ketangkap basah di depan kulkas.

Pemain FiguranWhere stories live. Discover now