16

26K 2.7K 170
                                    

Bohong rasanya bila kukatakan hatiku baik-baik saja saat mendengar tentang rencana pernikahan Pak Reynaldi. Tapi bukan berarti aku berhak marah kepada mereka berdua. Perasaanku yang tidak terbalas ini cukuplah hanya aku yang mengetahuinya. Karena itu aku tidak ingin mempermalukan diriku dengan menampilkan raut cemburu di depan mereka.

"Selamat ya, Pak. Selamat ya, Rin," aku menyalami keduanya dengan senyum semanis mungkin.

"Makasih Man."

"Makasih Mbak Manda," keduanya menjawabku hampir bersamaan dengan senyum merekah di wajah mereka masing-masing.

"Nanti Sheyna yang akan bantu pilihkan gaun buat Mbak Arini. Kali ini temanya harus princess ya Pa," ocehan Sheyna memutuskan pandangan kami bertiga. Membuat kami serempak menoleh kepadanya.

"Terserah Mbak Arininya mau gimana, sayang. Ini kan pesta pernikahan Papa sama Mbak Arini, jadi suka-suka kami dong," goda Pak Reynaldi sambil mengedipkan matanya sebelah kepada kami. Menandakan bahwa dia sama sekali tidak serius dengan perkataannya.

"Ah Papa, masa gitu banget. Gak asyik dong," Sheyna menanggapinya dengan cemberut. Gadis remaja itu tidak tahu kalau Papanya hanya sedang menggodanya.

Melihat percakapan mereka membuatku ikut tersenyum. Tapi bukan senyum bahagia, melainkan senyum miris. Aku membayangkan mungkin pemandangan seperti ini tidak akan pernah lagi kujumpai di masa yang akan datang. Tidak lama lagi posisiku akan digantikan sepenuhnya oleh wanita cantik yang sedang bergelut manja di samping Pak Reynaldi.

Tak lama kemudian Aaron datang ikut bergabung bersama kami. Dari tatapannya ia terlihat bingung melihat kami yang berkumpul di depan ruang keluarga.

"Ada apa ini, Tan?" tanyanya kepadaku.

Belum sempat kujawab, Sheyna sudah lebih dulu memberitahukan tentang rencana pernikahan ayah mereka dengan antusias.

Awalnya kupikir Aaron akan bersikap dingin, mengingat bagaimana tidak sukanya ia kepada Arini selama ini. Tapi ternyata aku salah. Sampai kapan pun darah tetap lebih kental daripada air. Terbukti dengan ucapan Aaron selanjutnya.

"Gue udah tahu kok lebih dulu. Lo nya aja yang ketinggalan berita. Ya enggak, Pa?" Aaron menaikkan sebelah alisnya mencari dukungan dari Pak Reynaldi.

"Parah lo gak bilang-bilang sama gue!" teriak Sheyna tak terima.

Mengetahui Aaron telah mengetahui tentang rencana ini lebih dulu membuat tubuhku membeku. Mengapa Aaron menutupi berita sepenting ini dariku? Lalu, kenapa ia pernah mengatakan kepadaku bahwa ia menginginkan aku menjadi pasangan ayahnya, padahal jelas-jelas ia telah mengetahui tentang waktu pernikahan ayahnya.

"Terima kasih Mbak, mau menerima Papa saya yang sudah tua ini," ucapnya dengan cengiran jahil sambil menatap geli kepada Pak Reynaldi.

Kulihat Arini tertawa geli.

"Enak saja kamu ejekin Papa sendiri. Kualat kamu sebagai anak," omel Pak Reynaldi cemberut, tapi sama sekali tidak mengurangi binar bahagia di matanya. Mungkin ia juga awalnya sama sepertiku, menganggap Aaron tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi ternyata Aaron sama seperti Sheyna yang dapat menerima Arini denga  tangan terbuka. Bedanya Sheyna lebih ekspresif. Itu saja yang membedakan.

"Memang benar kok, Pa," balas Aaron tak mau kalah.

Sedangkan Arini dan Sheyna yang berada di antara mereka ikut tertawa menyaksikan perdebatan antara pria beda generasi itu. Tinggallah aku yang hanya bisa menyaksikannya dengan hati terkoyak. Akhirnya apa yang kujaga selama ini terlepas juga dari genggamanku. Hanya tinggal menunggu waktu saja, kehadiranku di tengah mereka sudah tidak berarti lagi.

Pemain FiguranWhere stories live. Discover now