7

21.5K 2.1K 13
                                    


Aku panik bukan main saat mendengar kabar dari pihak sekolah bahwa Sheyna mengalami kecelakaan di depan sekolahnya.

Dengan hati cemas aku segera berangkat menuju rumah sakit tempat dimana Sheyna dirawat. Selama perjalanan tak henti-hentinya aku terus memanjatkan doa agar anak asuhku itu tidak kenapa-kenapa. Demi Tuhan, aku tidak sanggup membayangkan bila sesuatu terjadi kepada Sheyna.

Setibanya di rumah sakit mataku langsung menangkap keberadaan Pak Reynaldi dan Aaron dan beberapa orang lainnya sedang berdiri di lorong IGD rumah sakit. Dengan langkah cepat aku segera berjalan mendekati keduanya. "Pak, gimana keadaan Sheyna?" tanyaku khawatir.

Melihat kehadiranku Pak Reynaldi langsung mendekatiku dan memelukku dengan erat. "Sheyna kita kecelakaan, Manda..." bisiknya lirih di puncak kepalaku. Sama sepertiku, aku juga bisa merasakan bahwa Pak Reynaldi pasti tak kalah mengkhawatirkan kondisi Sheyna.

"Apa kata dokter, Pak?" Aku membalas pelukan Pak Reynaldi tak kalah eratnya. Saat ini kami berdua butuh saling menguatkan untuk menghadapi ini semua.

Desahan nafas Pak Reynaldi terdengar lelah. "Dokter masih memeriksanya. Kuharap Sheyna baik-baik saja, Man," ada harapan terkandung dalam ucapannya.

"Sheyna kita pasti baik-baik saja, Pak," kataku menguatkannya. Jujur, kejadian ini belum pernah kami alami selama ini. Karena itu dapat dimaklumi bagaimana kami cemasnya saat ini.

Tak berapa lama kemudian, dokter yang menangani Sheyna tampak keluar dari balik tirai. Dengan segera kami berdua menghampirinya untuk mengetahui kondisi Sheyna. Dari laporannya kami dapat mengetahui bahwa Sheyna tidak mengalami luka yang serius. Tentu saja itu membuat kami semua dapat bernafas lega. Ternyata apa yang kami takutkan tidak terjadi saat ini.

Sepeninggal dokter, aku baru menyadari bahwa yang menunggui Sheyna bukan hanya kami saja. Mataku menangkap ada sesosok perempuan asing yang berdiri di samping Aaron. Sesaat aku mengernyit mencoba mengingat-ingat siapakah dia gerangan?

Pak Reynaldi yang mengetahui arti tatapanku, segera mengatakan sesuatu. "Dia yang telah menyelamatkan Sheyna," jelasnya, tanpa melepaskan tatapannya dari gadis yang kutaksir usianya masih jauh dibawahku. "Wanita itu baik sekali kan, Man?" terdengar pujian tulus keluar dari bibir Pak Reynaldi.

Aku menganggukkan kepalaku pelan mengiyakan perkataan Pak Reynaldi. Mungkin setelah ini aku harus berterima kasih khusus kepadanya karena sudah mau merepotkan dirinya untuk membantu Sheyna kami.

Sadar dirinya diperhatikan, wanita yang kutaksir usianya masih jauh dibawahku itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sopan kepada kami berdua. Sesaat aku terpana dengan wajahnya, ternyata dia cantik sekali. Bolehkah aku menganggap bahwa dia adalah malaikat yang diturunkan ke bumi? Sudah baik, cantik lagi.

"Saya ingin menemui Sheyna," perkataan Pak Reynaldi mengalihkan tatapanku dari wanita cantik itu. Tapi sebelumnya aku telah menyempatkan untuk membalas senyumannya tadi.

"Aku juga, Pak." sahutku mengikutinya dari belakang. Biar saja Aaron yang menemani wania itu sebentar. Saat ini aku hanya ingin melihat keadaan Sheyna.

Tak dapat dicegah, mataku kembali memanas saat melihat Sheyna terbaring lemas dia atas ranjang rumah sakit. Beberapa luka kecil yang baru saja dibersihkan para perawat terlihat jelas menghiasi wajahnya dan bagian tubuh yang lain.

Melihat kehadiran kami, Sheyna langsung menangis kencang. "Papa..." isaknya keras.

Dengan cepat Pak Reynaldi langsung menghampiri Sheyna. "Papa di sini sayang," sahut Pak Reynaldi mencium kening putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Dengan lembut dihapusnya air mata yang jatuh membasahi pipi Sheyna. "Katakan sama papa di mana yang sakit, Nak?"

Pemain FiguranWhere stories live. Discover now