27. Alone

17K 845 8
                                    

EP. 27. Alone

*********

Sebenarnya, rasa kesal pada suaminya itu masih bercokol di hati Reina. Tapi Reina memilih untuk mengabaikannya saja, terpaksa harus mengesampingkannya dulu karena kedatangan mertuanya yang tiba-tiba.

Keduanya mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan makanan sekaligus membeli baju Nathan karena tidak mungkin laki-laki itu pulang dalam keadaan basah kuyup.

Tidak lupa, Nathan juga membawa Reina ke salon terlebih dahulu untuk mengubah warna rambutnya. Dia tidak mau orang tuanya terkejut dengan warna rambut Reina yang warna warni.

"Semua makanan di kulkas kamu ke manain, sih, Rei?" Adalah pertanyaan Nathan yang ke lima kalinya, sebab Reina terus mengabaikannya begitu mereka keluar dari hotel. Begitu pula saat berbelanja di supermarket, Nathan hanya mengekori ke mana langkah Reina pergi layaknya anak ayam.

"Rei. . . ." Nada suara Nathan terdengar penuh teguran, pun dengan tatapannya pada Reina yang terus terdiam di kursi penumpang dengan wajah ditekuk masam.

"Aku kasih ke anak jalanan." Jawab Reina malas tanpa mau menoleh pada Nathan yang sedang mengemudikan mobil.

Laki-laki itu menganga, kemudian menggeleng tak habis pikir. "Ya ampun, Rei."

"Bukannya kita harus berbagi sama orang nggak mampu?" Sahut Reina enteng, masih dengan nada santai.

"Ya tapi nggak gitu juga kali." Balas Nathan keki sembari menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai. Reina sendiri hanya mengedik tak peduli.

Setelah mobil terparkir di parkiran basement apartemen, Nathan dan Reina melangkah terburu-buru untuk masuk ke unit apartemennya.

Setibanya di sana, mereka langsung disambut tatapan penuh pertanyaan oleh Mami dan Tante Mita. Tidak terlihat Papi karena lelaki paruh baya itu sedang beristirahat di kamar.

Keduanya tersenyum kaku karena dalam sekejap harus berubah sikap dengan berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang harmonis. Mereka lantas menghampiri dua wanita itu untuk memberi pelukan secara bergantian.

"Kalian dari mana aja, sih? Mami, Papi, sama Tante Mita tadi nungguin di depan pintu lama banget. Mau paksa buka, takutnya ganggu kalian lagi ehem-ehem. Ehh, ternyata malah nggak ada orang."

Reina mengambil napas dalam sebelum kemudian mengambil duduk di hadapan Mami dan Tante Mita, disusul Nathan yang ikut duduk di sebelahnya.

"Maaf, Mi, aku sama Kak Nate lagi ke supermarket tadi." Cicitnya takut-takut, meski Mami sama sekali tidak menunjukkan wajah marah, hanya sedikit jengkel.

Mendengar itu perhatian Mami lantas beralih pada beberapa kantong belanjaan yang tergeletak di bawah sofa. Dia teringat lemari es yang kosong melompong saat beberapa menit lalu membukanya.

"Beli bahan makanan?"

Reina tersenyum tipis. "Iya, Mi. Makanan di kulkas udah habis soalnya. Aku belum sempat restock."

Sedangkan Nathan yang mendengar itu berdecak kecil diiringi delikan sebal pada Reina, tangannya ikut gatal mencubit gemas pinggang sang istri, membuat Reina membalasnya dengan sikutan di perut cukup keras.

"Lain kali, jangan ngebiarin bahan makanan kosong di rumah sampai air aja nggak ada. Kalau ada tamu gimana coba? Untung yang datang hari ini kami." Ujar Mami menasihati.

Tante Mita yang duduk di sebelah Mami hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Tak habis pikir karena ada apartemen mewah dan bahkan ada penghuninya, tapi tidak ada makanan dan minuman sedikit pun.

Menjadi Dia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now