14. Make Me Like Her

16.2K 823 10
                                    

EP. 14. Make Me Like Her

*******

"Kasih aku kesempatan untuk bisa ngerubah perasaan kamu."

"Rei, aku nggak bisa. Suatu saat kamu tetap harus ketemu cowok baik dan pisah dari aku."

"Nggak." Reina menggeleng cepat dengan sorot mata penuh protes. "Aku cuma mau sama kamu, aku nggak akan pernah mau pisah sama kamu, makanya kamu harus jatuh cinta sama aku."

Nathan mendesah frustrasi. "Rei, aku akan pura-pura nggak denger ini." Ujarnya dingin, dan hendak beranjak dari tempat tidur untuk keluar dari kamar, tapi Reina dengan cepat menahan lengannya.

"Please. . . ." Reina menatap Nathan penuh permohonan.

"Nggak, Rei. Selamanya kamu tetap akan jadi adik aku." Tegas Nathan, membuat Reina kecewa.

"Oke, terserah." Sahut Reina tak takut. "Kamu mau ngasih aku kesempatan atau enggak, aku tetap akan berusaha untuk membuat kamu jatuh cinta sama aku."

Nathan menggeram kesal. "Rei, jangan gila."

Seketika itu juga Nathan merasa suasana di antara dirinya dan Reina menjadi canggung. Dia mendadak tidak nyaman setelah Reina menyatakan perasaannya tadi.

Bagaimanapun keadaannya, Nathan sudah menganggap Reina tidak lebih dari seorang adik yang selalu ingin dilindunginya, sulit atau mungkin bahkan tidak bisa menjadi lebih dari itu.

"Aku nggak peduli." Balas Reina tak acuh. "Udah cukup selama ini kamu menganggap aku adik, Kak." Sambungnya putus asa.

"Re–"

"Dan kamu harus ingat kalau aku istri kamu sekarang." Sambar Reina.

Lalu tanpa pernah Nathan duga, dan sekalipun tak pernah ada di dalam pikirannya, tiba-tiba Reina beringsut menangkup kedua sisi wajahnya, kemudian menempelkan bibirnya dengan cara yang sangat amatiran.

Reina memejamkan matanya erat, meremas wajah Nathan kuat-kuat guna melampiaskan degup jantungnya yang menggila karena sudah berhasil mencium laki-laki yang selama ini dia dambakan.

Reina menggerakkan bibirnya kaku. Mengecup kecil-kecil bibir bagian bawah Nathan, lalu melumat bagian atas secara bergantian. Tangan Reina yang semula berada di kedua sisi wajah Nathan kini perlahan turun menelusuri pundak, tengkuk, hingga akhirnya melingkar di leher laki-laki itu

Sedangkan Nathan, laki-laki itu terpaku dengan kedua bola mata membulat terkejut. Namun, sulit baginya untuk segera mengembalikan kesadaran.

Seharusnya dia mendorong tubuh Reina. Tapi alih-alih berontak, Nathan malah mematung bingung dengan wajah terkejut seolah-olah tubuhnya mengkhianati logikanya.

Ada desiran aneh menjalar di hatinya begitu dia merasakan benda lembut itu memagut bibirnya. Pun dengan tubuhnya yang seperti terserang sengatan listrik bervoltase kecil.

Ini gila. Sejak kapan tubuhnya bereaksi pada Reina? Bahkan saat dia merasakan gerakan bibir Reina semakin menuntut, Nathan memilih membuka bibirnya hingga Reina bisa mengeksplorasi rongga mulutnya.

Pertahanan Nathan runtuh, perlahan dia ikut menggerakkan bibirnya, lidah mereka membelit saling membutuhkan. Satu-satunya alasan mereka berjauhan adalah karena pasokan oksigen di dalam paru-paru mereka kian menipis.

"See, tubuh kamu nggak bisa nolak kalau aku bisa lebih dari sekedar adik kamu." Bisik Reina lirih seiring dengan deru napasnya yang berantakan, membuat tubuh Nathan meremang.

"Rei. . . ." Nathan merintih pelan begitu ciuman Reina berlanjut turun menuju lehernya, tanpa sadar memberi jejak kepemilikan di sana, gigitan kecil dan kecupan lembut dari bibir Reina membuat sekujur tubuhnya menggigil.

Menjadi Dia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now