20. Skin to Skin

17.7K 838 11
                                    

EP. 20. Skin to Skin

********

"Rei. . . ."

Nathan berusaha mengganggu tidur Reina yang memunggunginya, dia tahu Reina belum tidur dan masih merajuk.

"Reina. . . ."

Percobaan kedua masih tak ada sahutan. Nathan kemudian mendekatkan bibirnya tepat di depan telinga Reina. "Lareina. . . ."

"Ish, apaan, sih, ganggu aja aargh." Geram Reina tanpa mau berbalik dengan tangan mengusap-usap daun telinganya yang terasa geli akibat bibir Nathan tak sengaja menyentuh bagian itu.

"Jutek banget, sih. Nggak laku, lho, nanti kalau udah jadi janda." Goda Nathan sambil berusaha menjangkau wajah Reina dengan cara menyondongkan tubuhnya ke depan.

"Janda-janda, aku doain ya, kamu cepetan mati kena serangan jantung." Gerutu Reina kesal sembari memeluk gulingnya erat-erat, masih enggan melihat wajah sang suami.

Nathan sendiri pura-pura meringis. "Serem amat doanya. Kalu terkabul gimana coba?"

"Ya udah, Aamiin." Sahut Reina asal.

Huuh. Siapa suruh Nathan begitu menyebalkan?

"Jahat banget kamu. Masa, ngedoain aku kayak gitu." Dengus Nathan, kemudian ikut membaringkan tubuhnya menghadap pada punggung mungil Reina.

"Habisnya kamu rese, ngatain aku jadi janda segala." Sungut Reina kesal, wajahnya sudah merengut tak ramah di depan sana.

Nathan tergelak pelan. "Becanda, kok."

"Tahu ahh, males aku ngomong sama kamu."

"Kan di kesepakatan juga aku nggak akan jadiin kamu janda, kalau kamu nggak ngejandaiin sendiri." Nathan kembali tergelak, sementara Reina mendelik sebal, karena penuturannya itu tidak lucu sama sekali.

"Terserah." Sahut Reina malas.

Sejenak keheningan mengambil alih. Keduanya saling terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hanya helaan napas mereka yang terdengar beraturan.

"Rei. . . ." Panggil Nathan pelan, telunjuknya terulur bermain-main di atas punggung Reina.

"Hmm." Reina kembali menyahuti malas. Dia masih kesal dengan alasan Nathan basah kuyup karena Shanna.

"Eung. . . ."

Dari nada suaranya, Nathan tampak ragu untuk bertanya. Terlihat dia menggigit bibir bawahnya – berpikir.

"Ada apa, Kak?" Bagaimanapun, Reina jadi penasaran karena Nathan menggantungkan kalimatnya begitu saja. Padahal, tadinya sangat malas untuk menyahuti.

"Hmm. . . ." Mata Nathan bergerilya ke sembarang arah, telunjuknya tak berhenti bermain-main di atas punggung Reina.

"Rei, kamu. . . ., kamu beneran lagi cari cowok lain? Kamu beneran pengin cepet-cepet pergi dari aku?"

"Ya?"

Nathan bisa melihat Reina tersentak kaget. Reina bahkan sampai berjengit dan berbalik, hingga kini mereka saling berhadapan.

"Aku cuma mau make sure, itu bener atau enggak?"

Entah kenapa, ucapan Reina tadi sore begitu mengganggu pikirannya hingga kesulitan untuk tidur. Nathan jadi heran sendiri dengan isi kepalanya.

"Itu. . . ." Reina mengerling, berpikir sejenak untuk mencari jawaban. "Emang harus, kan? Aku nggak mau masa muda aku terbuang sia-sia sama kamu. Kasihan, dong, bakal suami aku kalau aku jadi janda ketuaan."

Menjadi Dia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now