25. Penyiksaan

19.1K 920 18
                                    

EP. 25. Penyiksaan

********

Nathan mematung di depan pintu kamar. Di sana, ada satu koper besar, beberapa baju kotor, dan skincare miliknya. Setelah meninggalkannya sendirian di kedai gelato, rupanya Reina sekarang mengusirnya dari kamarnya sendiri.

"Ini, kan, kamar gue." Dengus Nathan sambil menendang pelan pintu kamar. Namun, dia memilih untuk mengalah dan membawa barang-barangnya ke kamar sebelah.

Setelah membersihkan diri, Nathan merebahkan dirinya di kasur dengan posisi menyamping.

Mendadak dia merasakan kekosongan di atas ranjangnya. Jika biasanya ada Reina di sebelahnya, berdebat sebelum tidur, atau mendengar dia merengek minta dipeluk, kini yang ada hanya sprei putih dan halus.

Nathan mendengus keras, kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi telentang sambil menatap langit-langit kamar.

Kenapa dia bisa merasa kehilangan momen itu, sih? Keputusan yang dia ambil sudah sangat benar, meski apa yang dikatakannya tadi pada Reina luar biasa kurang ajar.

Nathan merasa buntu. Dia tidak tahu lagi cara apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan rasa itu. Dia harus membatasi diri agar tidak kalah dengan hawa nafsunya terhadap Reina yang dari hari ke hari semakin tak terkendali seiring semakin intensnya kedekatan mereka.

Nathan tidak mungkin menerima pernikahan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, lebih dari itu dia juga tidak mungkin untuk bisa menerima Reina di hatinya.

Tidak. Tidak ada perempuan mana pun yang pantas menggantikan Shanna.

"Damn." Nathan bangkit dari pembaringannya, mengacak rambutnya gusar demi mengusir bayangan Reina yang mendadak memenuhi kepalanya.

Dia merasa bersalah. Brengsek. Tidak pernah Nathan merasa sekurang ajar ini pada perempuan. Terlebih pada Reina yang sangat dia sayangi, yang seharusnya tidak dia sakiti.

Tapi, keadaan memang serasa dijungkir balikan dalam sekejap setelah Nathan mengetahui perasaan Reina yang sebenarnya.

Ya Tuhan. Kenapa, sih, Reina tidak terlahir menjadi adik kandungnya saja? 

Atau jika tidak bisa seperti itu, kenapa sejak awal Tuhan tidak mempertemukannya dengan Reina dan menjatuhkan hati padanya?

Kenapa dia harus bertemu Shanna dan pada akhirnya dipisahkan?

Kenapa nyawa Shanna harus diambil?

Kenapa Nathan harus berakhir menikah dengan seseorang tidak dia inginkan?

Nathan masih belum mempercayai ini. Dia menikah dengan Reina, bahkan tidak pernah membayangkannya sedikit pun.

Hingga jam menunjukkan pukul satu dini hari, Nathan terus berkutat dengan pikiran rumitnya, hingga membuatnya sama sekali tidak bisa terpejam meski berusaha untuk tidur. Kepalanya terasa pening sekali mengingat kejadian tadi.

Sialan.

Nathan membenci dirinya sendiri.

Lain halnya dengan Nathan.

Di kamar utama dengan penerangan remang-remang, Reina duduk bersandar pada headbord ranjang dengan kedua tangan sama-sama mengepal penuh amarah.

Perasaan tidak enak itu masih bercokol di hatinya. Setelah diperlakukan seperti itu, setelah menciumnya lebih dulu dua kali, dan juga menjamah dadanya sebanyak dua kali pula. Nathan malah mengatakan kalimat seperti itu padanya.

Reina tidak akan semarah ini meski Nathan menyetubuhinya sekali pun jika tadi kalimat sialan itu tak terlontar dari mulut laki-laki itu.

Memang brengsek.

Menjadi Dia [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now