16. Gradually

36.7K 6.1K 2.3K
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 2300 kata untuk chapter ini. Belum sempat revisi, klo ada penulisan yang salah mohon diingatkan 😊

SELAMAT MEMBACA!



Sean dalam posisi rebahan di sofa panjang yang berada di lantai dua rumahnya, perhatiannya tertuju pada ponsel. Hari ini hari sabtu dan di hari sabtu tidak ada perkuliahan.

"Bagaimana dengan kuliahmu, Sean?" Chris, papa Sean yang kebetulan berada disana dan menempati salah satu sofa, terdengar bersuara.

"Tidak ada masalah," singkat Sean menanggapi.

"Semalam papa pulang, mobilmu belum ada di basement. Kau pulang larut bukan karena pergi balapan, kan?" Tanya Chris kemudian.

"Mobil yang biasa aku gunakan untuk balapan tidak pernah keluar dari basement, Pa," balas Sean.

"Siapa tau kau menggunakan mobil lain," sahut Chris.

"Ide bagus. Besok aku akan mulai menabung untuk memodifikasi mobil lain dan kusimpan mobil itu di rumah Bastian, Zack atau Ivan," seloroh Sean.

Wilona yang baru ikut bergabung disana, mengambil bantal sofa kemudian melemparnya ke arah Sean. "Tidak ada balapan-balapan lagi!" Tegasnya.

"Aku hanya bercanda, Ma," balas Sean karena ia tahu bahwa setelah dirinya kecelakan, Wilona ataupun Chris tidak memperbolehkannya untuk balapan lagi.

Mendengar denting lift berbunyi, ketiganya mengalihkan tatapan dan melihat sosok Juan yang keluar dari lift. Juan merupakan putra sulung Chris dan Wilona, dan juga kakak dari Sean.

"Tumben pagi-pagi kemari?" Ujar Chris karena putra sulungnya tersebut tidak tinggal bersama mereka, melainkan memilih hidup mandiri untuk tinggal di apartemen.

"Aku hanya mampir," balas Juan menanggapi Chris.

Juan mendekati keberadaan Wilona kemudian mengecup pipi kanan dan pipi kirinya. "Selamat ulang tahun, Ma, semoga kebahagian selalu menyertai mama," ucap Juan.

"Terima kasih. Lalu mana kado untuk mama?" Canda Wilona.

Juan lantas meraih kotak perhiasan, membukanya dan memperlihatkannya pada Wilona. "Bukan hadiah istimewa tapi saat melihatnya, kupikir mama akan terlihat lebih muda saat mengenakannya."

"Anting yang indah, Juan. Pilihanmu bagus," puji Wilona sembari mengambil alih kotak perhiasan tersebut dari tangan Juan. Wajahnya juga terlihat berbinar karena hadiah yang diberikan Juan.

"Aku kemari hanya untuk memberikan anting itu pada mama." Juan tidak bisa berlama-lama karena ia memiliki urusan lain.

"Sudah sarapan?" Tanya Wilona.

"Sudah, Ma."

"Nanti malam jangan sampai terlambat, Juan," ujar Wilona kemudian.

Juan menanggapi perkataan Wilona dengan anggukan. Sebelum membawa langkahnya menuju lift, ia meraih jeruk di meja kemudian melemparnya ke ponsel yang dipegang Sean.

"Juan!" Raung Sean setelah ponselnya jatuh ke wajahnya, sebab posisinya saat ini sedang rebahan.

"Ada perkembangan dari hubungan Juan dengan Poppy?" Tanya Chris pada Wilona setelah Juan berlalu dari sana.

Wilona menggeleng sebagai jawaban. "Bahkan setelah bertunangan, Juan hanya dua kali mengajak Poppy makan malam bersama."

"Juan menerima perjodohan hanya karena menghargai papa dan mama. Dia sebenarnya tidak menyukai Poppy," celetuk Sean ikut berkomentar.

Hard to Believe (Hiatus)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora