13. Exhausting

40.9K 5.8K 1.7K
                                    

Jangan lupa vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

🔥 walau di bawah disediakan tempat untuk spam next, jujurly authornya lebih senang kalau kalian komen di setiap paragrafnya. Biar perparagraf keliatan rame gitu 🥹

🔺 belum sempat revisi, kalau ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan 🙏🏻


Selamat membaca!

Hari kedua kegiatan orientasi studi jauh lebih melelahkan dibanding hari pertama. Mahasiswa baru dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan major atau jurusan masing-masing, kemudian para senior memberikan presentasi mengenai tata tertib kampus, dan mereka juga melakukan diskusi-diskusi yang bersifat pribadi. Kegiatan tersebut dimulai sejak pagi dan masih berlanjut setelah jam makan siang.

Lalu menjelang sore hari, mahasiswa baru dipandu oleh senior yang menjadi panitia, melakukan tur keliling kampus agar mahasiswa baru mengetahui seluk beluk dari letak bangunan, sejarah sampai ke mitos kampus mereka.

"Kakiku rasanya mau copot," keluh Teresa. "Lagipula ada peta kampus, jadi kenapa harus tur keliling kampus yang luasnya beratus-ratus hektar dengan berjalan kaki?" Lanjutnya.

Electra yang berjalan di samping Teresa tidak ingin menanggapi. Ini bukan kali pertamanya Teresa mengeluh. Sebelum makan siang perempuan itu sudah mengeluh bosan, ngantuk dan lapar. Satu jam setelah makan siang pun Teresa mengeluhkan hal yang sama lagi. Dan kini saat tur keliling kampus, Teresa mengeluh kakinya mau copot.

"Hai, Electra," goda lelaki bersama gerombolannya ketika berpapasan dengan Electra. Mereka adalah mahasiswa senior di Universitas Beminster. Dan Electra hanya tersenyum untuk menanggapi.

"Jadi artis kampus, huh? Baru dua hari saja namamu langsung dikenal oleh mahasiswa senior," celetuk Teresa berkomentar.

"Yang penting aku tidak terkenal karena sesuatu yang negatif," balas Electra menanggapi.

"Lelaki itu menatapmu hingga tersandung." Teresa tertawa kala ada lelaki lain yang berpapasan dengan mereka, tersandung karena menatap Electra.

Electra lantas mengibaskan rambutnya ke belakang. Banyak lelaki yang berlama-lama menatapnya karena kagum padanya. Bangga, tentu saja! Daripada diremehkan seperti pertama kali ia menempati raga ini, jauh lebih baik mendapatkan tatapan penuh kekaguman seperti sekarang.

Electra masih ingat betul saat di sekolah para murid menatapnya rendah. Ya, meski begitulah kenyataannya. Si antagonis dengan segala kekurangannya memanglah tidak sadar diri karena sebelumnya mengejar-ngejar Sean yang tampan dan kaya. Di tambah lagi moral dan perilaku antagonis yang minus, jadi wajar jika semua murid merendahkannya. Sekarang tidak ada lagi yang menatapnya demikian, justru berkebalikan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hard to Believe (Hiatus)Where stories live. Discover now