03. It's okay

44.3K 5.8K 605
                                    

Jangan lupa vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥



Beberapa waktu yang lalu Electra sempat keluar kamar bahkan ia juga ke minimarket terdekat untuk membeli roti, perutnya butuh diisi agar otak cantiknya dapat berpikir. Sejauh pengamatannya, tempat fiktif ini sama persis dengan di dunia nyata. Baik atmosfernya, peradabannya, manusianya, teknologi dan lain sebagainya. Kenyataan tersebut jauh lebih baik daripada dirinya terdampar di planet lain yang memiliki penghuni alien.

Electra sempat berpikir, apakah jika dirinya mati maka ia akan kembali lagi ke dunia nyata? Tapi benaknya menolak hal tersebut dan meyakini bahwa sebenarnya ia telah tiada setelah kecelakaan hebat yang ia alami. Astaga, kecelakaan itu benar-benar mengerikan. Dadanya masih berdesir jika mengingat bagaimana darah mengucur dari setiap sisi tubuhnya.

Mungkin dirinya justru orang yang beruntung karena Tuhan masih memberinya kehidupan kedua, yah meski harus hidup di tempat asing dan tidak mengenal siapapun. Atas pemikiran itulah pada akhirnya Electra memutuskan mencoba menerima takdir membingungkan ini.

Lalu setelah menghabiskan roti untuk mengisi perutnya, barulah Electra memerintah otaknya untuk mengingat apa saja yang tertuang dalam novel mengenai Electra si tokoh antagonis. Tentu Electra membutuhkan ingatan tersebut karena sekarang dirinya mengambil alih raga si antagonis.

Mengenai latar belakang si antagonis, di dalam novel hanya menyebutkan bahwa Electra tinggal di Kota Hayford seorang diri. Satu-satunya keluarga yang masih dimiliki adalah neneknya, namun tinggal di kota yang berbeda dengannya.

Lalu mengenai bagaimana antagonis dapat mengenyam pendidikan di sekolah paling favorite di Kota Hayford, yakni karena antagonis mendapatkan beasiswa atas kecerdasan otaknya. Dan Electra tidak tahan untuk mencibir, kenapa antagonis tidak menggunakan kecerdasannya untuk memperbaiki moral dan perilakunya? Ah, yang pantas disalahkan adalah si penulis karena menggambarkan tokoh antagonis seperti demikian. Yakni mencintai pemeran utama pria hingga membutakan hati dan pikiran.

Setelah mengingat-ingat latar belakang antagonis, Electra kembali memaksa benaknya untuk mengingat sampai dimana alur di dalam novel telah berjalan.

"Untuk apa aku minta maaf? Kau juga melihatnya, Megan. Dia sendiri yang menabrakan dirinya ke mobil."

Perkataan Sean tersebut menandakan bahwa alur cerita sudah berjalan hampir setengah. Electra mengingat adegan tersebut dengan baik. Si antagonis meminta tumpangan pada Sean namun Sean menolak. Si antagonis gila justru berlari ke arah mobil Sean yang sedang melaju, membuat kehilangan kesadaran dan mendapatkan beberapa luka. Dan dapat ditebak setelahnya, Electra masuk ke raga ini saat kondisi antagonis tidak sadarkan diri.

Electra tidak menyangka mengapa ia menempati raga ini tidak sedari awal cerita, justru pertengahan cerita. Padahal jika sejak awal, Electra mungkin dapat memperbaiki perilaku buruk yang telah melekat pada sosok antagonis. Sebab di awal cerita, Electra selalu bertindak buruk pada Megan si pemeran utama.

Tapi ada baiknya alur cerita sudah mencapai pertengahan karena sebentar lagi adalah kelulusan. Electra tidak bisa membayangkan bila harus kembali mengenyam pendidikan di high school.

"Apa aku perlu mengembalikan darah yang pernah kau donorkan untukku, agar kau menjauh dari hidupku dan berhenti menggangguku?"

Perkataan Sean tersebut, mengenai donor darah yang dimaksud juga menjadi awal mula si antagonis tergila-gila pada Sean. Singkat cerita, kala itu Sean mengalami kecelakaan parah yang mengakibatkan kehilangan banyak darah. Dan golongan darah Sean adalah Rh null (Rhesus null) atau karena saking langkanya disebut juga golongan darah emas. Lalu keluarga Sean menyebar pengumuman diberbagai media, mengatakan bagi siapa saja pemilik golongan darah Rh null dan bersedia mendonorkan darahnya maka akan memperoleh imbalan.

Hard to Believe (Hiatus)Where stories live. Discover now