Spesial chapter | 1

Start from the beginning
                                    

"TOLONG PAK!"

"DIAM!" gertakan itu berhasil membuat lelaki di dalam sel itu sedikit memundurkan langkah. Namun tak lama, karena setelahnya lelaki itu kembali seperti semula, mencekal besi yang saat ini mengurung dirinya.

"Pak, tolong. Satu kali ini...saja, izinkan saya keluar. Saya ingin bertemu anak saya, saya ingin mengunjungi makamnya, saya ingin meminta maaf." lelaki itu berucap dengan nada memohon.

"Selesaikan hukuman anda terlebih dahulu, baru anda dapat keluar." lelaki berperawakan tinggi dan tegap itu membawa langkahnya, meninggalkan Putra.

"PAK! SAYA MOHON! TOLONG KELUARKAN SAYA DARI SINI! GAVIN, ANAK SAYA GAVIN! SAYA INGIN BERTEMU DENGANNYA! SAYA INGIN MENGUNJUNGI MAKAMNYA! TOLONG PAK!" lelaki itu, Putra. Mengguncang jeruji besi itu dengan sangat kuat. 

"SAYA TIDAK JAHAT! LASKAR YANG JAHAT!"

"SEHARUSNYA BUKAN SAYA YANG DI HUKUM! TAPI LASKAR ABIMANYU!"

"DIA YANG SUDAH MEREBUT ISTRI SAYA!"

"PAK POLISI TOLONG SAYA!"

***

"Semuanya kacau saat itu, tidak ada yang baik-baik saja setelah mendengar kabar kematian kalian. Termasuk gue, Re."

Anya, gadis itu melirik ke arah Revano yang hanya terdiam dengan tangan saling meremas satu sama lain.

"Gue bisa lihat betapa sedih dan hancurnya Tante Nilam,"

"Gue bisa lihat se-kacau apa Kak Gara dan Andra,"

"Bahkan gue juga bisa lihat, Om Laskar nangis dengan keras sambil terus memanggil nama lo."

"Semuanya sayang sama lo, Re."

Melihat tangan Revano yang semakin meremas, Anya menggenggamnya bahkan mengusapnya dengan lembut.

"Lo tau, sebahagia apa mereka saat detak jantung lo kembali?"

"Mereka bahagia di atas penderitaan Tante Meta?"

Anya terdiam.

"Apa mereka gak mikir perasaan Tante Meta? Dia seorang ibu, dan Gavin adalah putra satu-satunya, Gavin harapan dia. Tetapi justru Gavin malah mati dengan cara seperti ini. Seharusnya, donor hati itu tidak di lakukan. Gue jadi merasa bersalah sekarang."

"Re, semua itu atas izin Tante Meta juga. Ya, walaupun om Laskar harus memaksanya. Tapi, Tante Meta mau. Karena dia sadar, semakin ia mempertahankan Gavin dengan alat-alat medis, semakin kesakitan pula Gavin-nya, Re."

"Papa gue, Egois, An,"

"Itu biar jadi urusan dia, Re. Yang harus lo lakuin sekarang adalah, menerima semuanya pelan-pelan.  Disini---"

Anya membawa satu tangan Revano untuk menyentuh dada bidang milik Revano.

"---Ada kehidupan yang perlu lo jaga dengan baik."

Anya tersenyum manis sekali, berusaha meyakinkan Revano bahwa semuanya baik-baik saja. Melihat itu, Revano jadi ikut menarik kedua sudut bibirnya.

"Lo gak perlu merasa bersalah heum? Karena ini semua bukan atas kemauan lo. Ini takdir, Re."

"Udah ah, gak usah sedih-sedih. Intinya lo harus bahagia, karena gue juga bahagia lo masih hidup."

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now