36. terasa nyata

5.9K 741 125
                                    

Rumah Laskar kini sudah penuhi dengan orang-orang yang berpakaian serba hitam. Suara kajian terdengar di-iringi dengan suara tangisan yang menggema memekakkan telinga.

Laskar menuruni mobilnya dengan tatapan bingung dan penuh tanya. Ada apa?

Mata Laskar mengedar, menatap halaman rumahnya yang di penuhi banyak mobil dan motor. Namun, fokusnya bukan disitu. Terlihat dua bendera kuning di pagar rumahnya.

Hati Laskar mencelos begitu saja, jantungnya terasa lepas, tubuhnya terasa melayang.

Bendera kuning?

Bukankah itu pertanda 'Kematian?'

Kepala Laskar menggeleng, ia melangkahkan kakinya, semakin dalam memasuki rumahnya, semakin terdengar juga suara tangisan.

Banyak pasang mata yang menatapnya dengan iba, bahkan ada beberapa orang yang menepuk punggungnya seolah memberi kekuatan.

Ingin Laskar berlari dan bertanya ada apa?. Namun langkahnya terasa berat. Mata Laskar memanas setelah melihat atensi Nilam yang tengah menangis kencang seraya memeluk seseorang yang terbaring dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

Siapa yang meninggal?

Mengapa tidak ada satu orang pun yang memberitahu nya?

Mata Laskar kembali mengedar setelah lama menatap orang yang terbaring di tengah-tengah itu. Dapat Laskar lihat, Gara, anak pertamanya  tengah memeluk Andra. Keduanya menangis dalam diam.

"Syukurlah bukan kalian." batinnya lega. Namun, kelegaan itu hanya sesaat saat satu nama melintas di dalam otaknya.

Dimana Revano-nya?

Laskar memutar tubuhnya, Namun sosok Revano tidak juga terlihat.

"R-revano, Revano kamu dimana?" lirihnya, matanya kembali memanas.

"Revano hiks, bangun sayang, bangun. Kenapa kamu tinggalin mama, kenapa kamu pergi secepat ini sayang hiks."

Deg!

Jantung Laskar serasa berhenti berdetak setelah mendengar Nilam menyebut nama Revano.

Laskar kembali menatap gundukan kain itu. Apa itu anaknya?. Laskar menggeleng, tidak mungkin. Tidak mungkin Revano-nya pergi.

"Revano bangun hiks, jangan tinggalin mama. Bangun sayang hiks, bangun."

Tubuh Laskar melemas, hampir saja terjatuh jika seseorang tidak menahan tubuhnya.

"Om yang sabar, Revano sudah tidak sakit lagi." tanpa Laskar menoleh pun, Ia sudah tahu kalau suara itu, suara Shandy. Ponakannya.

"S-shandy, R-revano pergi?" lirihnya, air mata Laskar tidak dapat di bendung lagi.

"Iya, Revano sudah sembuh. Revano tidak sakit lagi. Revano sudah sehat."

Laskar menggeleng pelan namun setelahnya berlari, menghampiri gundukan kain yang terbentang menutupi tubuh seseorang itu.

"Enggak, enggak hiks. Enggak, ini bukan Revano. Revano ku tidak boleh pergi. Ini bukan Revano. Revano tidak boleh pergi."

"Mas hiks, a-anak kita hiks. R-revano pergi hiks."

"Enggak Nilam, ini hanya pura-pura kan? Tolong jangan seperti ini. Jangan buat saya takut hiks. "

"Mas?"

"Jangan seperti ini Revano. Papa tidak sanggup hiks. Bangun sayang, papa sudah datang. Ayok bangun." Laskar mengguncang tubuh kaku itu.

"Revano bangun, papa bilang bangun. Kamu gak boleh seperti ini."

GaReNdra (SELESAI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin