43. Anak tengah

9K 1K 223
                                    

Bocah laki-laki berusia 7 tahun itu tampak lesu, ia merunduk, memeluk tekuk lututnya sendiri seraya menatap selembar kertas hasil ujiannya yang baru saja di lakukan satu jam yang lalu.

"Huh," hela nafasnya. Bibirnya mengerucut lucu, pipinya mengembung.

"Hai."

Bocah laki-laki itu sedikit terkejut saat pundaknya di tepuk seseorang. Kepalanya mendongak, menatap bocah laki-laki yang berbeda satu tahun dengannya itu.

"Kakak." rengeknya, ia segera menghambur kedalam dekapan sang kakak.

"Hey, kenapa heum? Ada yang jahatin kamu? Bilang sama kakak, nanti kakak patahin lehernya." ucap bocah berusia 8 tahun itu seraya mengusap punggung sang adik lembut.

Sang adik melepas pelukan, kepalanya kembali tertunduk.

"Andra.." panggil sang kakak pelan. Bocah 7 tahun itu kembali mendongkak, menatap mata sang kakak dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu---" belum sempat sang kakak membereskan ucapannya, Andra malah menangis kencang.

"Hey, kok nangis? Bilang sama kakak kamu kenapa? Siapa yang jahat? Cup, cup, cup. Udah ya? Nanti kita bilang papa, kita penjarain itu orang."

"Hiks, i-ibu guru hiks. Ibu guru yang jahat. A-andra enggak suka hiks."

Kening sang kakak mengernyit, apa maksud ucapan Andra? Memangnya ada ibu guru jahat? Setahunya, semua guru begitu baik.

"Kak Vano hiks. Andra takut."

Revano---Sang kakak menyipitkan matanya saat Andra menyodorkan selembar kertas. Revano segera mengeceknya.

Revano tersenyum, "Bukan ibu gurunya yang jahat. Kamu harus belajar lebih giat lagi ya Andra?"

"Huaaaa...Andra bodoh hiks, Andra tidak pintar."

Revano gelagapan, mengapa adiknya semakin histeris?

"Hey, cup cup cup. Udah ya jangan nangis lagi."

"Andra gak suka nilai nya. Nanti papa marah sama Andra kak Vano hiks."

Revano terdiam beberapa detik, namun setelahnya ia membuka resleting tasnya. Mengambil satu lembar kertas hasil ujiannya. Memang, hari ini di sekolahnya sedang mengadakan ujian.

Revano tersenyum setelah menukar kertas hasil ujian Andra dengan miliknya. Entahlah ini bisa membuat Andra diam atau tidak. Tapi yang jelas, hanya ini yang terlintas di dalam otaknya.

"Andra lihat deh. Kakak bisa sulap."

Andra bocah menatap Revano, tangisnya perlahan mereda. "A-apa?" tanya nya dengan suara yang sedikit serak.

Revano tersenyum, ia menutup kertas hasil ujian Andra ralat hasil ujiannya. Lalu mengucapkan mantra seakan-akan ia adalah pesulap handal.

"Bimsalabim abrakadabra. Wush..."

Andra menatap dengan fokus. Namun tak lama, matanya berubah berbinar, senyumnya kembali melebar.

"Taraaa...."

"Uwahhh, Nilai Andra berubah kak. Kakak hebat. " Andra bertepuk tangan sebentar, lalu setelahnya mengambil kertas itu dari tangan Revano. Ia memeluk kertas itu lalu memutar tubuhnya, saking senangnya.

Kakaknya itu hebat, bisa merubah nilainya yang sedikit rendah menjadi tinggi. Yang tadinya 55 menjadi 98. Bukankah kakaknya itu hebat?

"Hahahaha, Andra senang. Makasih kakak." serunya senang. Tangisnya seketika hilang dan itu membuat Revano senang.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now