44. UGD

10.1K 1.1K 655
                                    

Laskar terpaku, menatap jejeran piala yang tersusun rapi di dalam lemari. Tak hanya piala, berpuluh-puluh medali ikut serta memenuhi isi lemari itu.

Laskar mengambil satu medali itu, Revano Nilaska Fahrezi. Begitulah nama yang di tulis di medali itu.

Revano? Itu nama anaknya, tetapi mengapa bisa? Bukannya---

---Laskar menggeleng, ia segera mengalihkan atensinya. Menatap piala-piala yang bertuliskan nama Revano.

Benarkah semua piala dan medali ini milik Revano?

Jika iya, dirinya selama ini salah. Mengira Revano bodoh. Bahkan jika di banding dengan piala milik Gara, Revano jauh lebih di atas nya.

Apa semua ini salah? Apa ini mimpi? Tidak, ia sadar ini nyata.

"Nak..." lirih Laskar, matanya berkaca-kaca. Tidak menyangka. Namun di satu sisi ia menyesal, menyesal telah melontarkan kata yang tak seharusnya ia lontarkan.

Anak bodoh.

Bisanya cuma bikin masalah.

Anak sialan.

Bisanya cuma bikin orang tua malu.

Dosa apa saya punya anak bodoh kayak kamu.

Kamu beda sekali dengan kedua saudara kamu.

Kamu tidak membanggakan.

Menyesal saya mempunyai anak bodoh seperti kamu.

Dan, masih banyak lagi. Bukan kah ia sudah keterlaluan?

Selama ini, ia sudah memberikan rasa sakit kepada anak tengahnya itu.

Dengan mata berkaca-kaca, Laskar mengambil satu map yang tersimpan di lemari paling bawah.

Kening Laskar mengernyit. Raport? Laskar membuka map itu, tampak jelas susunan nilai Revano. Semuanya di atas rata-rata.

Jadi ini raport asli? Lalu yang setiap Revano kasih lihat saat pembagian raport kala itu, itu palsu?

Ah, Laskar benar-benar tidak menyangka. Anak yang selama ini ia caci maki, ia abaikan bahkan ia bandingkan dengan dua saudaranya yang lainnya ternyata lebih berprestasi.

"Papa salah menilai kamu selama ini Revano. Papa salah, maafkan papa." ucap Laskar bergetar, ia meraih satu piala yang lebih besar dari yang lain. Memandangnya sebentar lalu memeluknya. Sesekali juga Laskar mengecupi piala itu. Sebagai bentuk apresiasi yang tidak pernah ia tunjukan bahkan ia lakukan.

"Papa bangga Revano. Demi tuhan papa bangga." air mata Laskar menetes begitu saja, membasahi pipi.

"K-kamu anak hebat, k-kamu anak pintar Revano. Kamu anak papa, anak papa yang hebat."

Laskar tidak sanggup lagi, bahkan untuk sekedar berdiri maka Laskar menjatuhkan dirinya bersama piala yang ada di dekapannya.

"Maaf Revano. Maafkan papa, papa salah. Papa salah Revano. Papa salah menilai kamu selama ini. Tolong maafkan papa." gumamnya.

Mengapa, mengapa anaknya itu menyembunyikan prestasi nya? Mengapa anaknya itu membiarkan papanya melakukan hal kejam seperti ini? Mengapa? Mengapa anaknya itu tidak jujur?

Apa selama ini sosok papa dari dirinya kurang untuk anak tengahnya itu?

Laskar bodoh, jelas kurang, bahkan jika di pikir sosok papa di dalam diri Laskar tidaklah ada. Baik untuk Revano maupun kedua anaknya yang lain.

"Revano..."

*****

Ellina, gadis itu tertawa kencang saat melihat wajah Gara yang memerah karena kepedasan memakan bakso. Tentu saja ini ulahnya.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now