16. berubah?

6.1K 623 111
                                    

"Seharusnya hanya ada si sulung dan si bungsu. Seharusnya hanya ada anak pertama dan terakhir. Seharusnya, si penengah tidaklah ada." -REVANO NILASKA-


******

Sudah sejak tadi Revano bolak-balik masuk-keluar toilet hanya untuk memuntahkan rasa tidak enak yang sejak tadi bergejolak di perutnya.

Seperti saat ini, tubuh Revano membungkuk ke arah wastafel, berusaha mengeluarkan sesuatu yang ternyata hanya berupa cairan bening.

Huek!

Huek!

Uhuk!

Uhuk!

Revano sampai terbatuk di buatnya. Sungguh, perutnya terasa mual, tubuhnya terasa lemas. Apa ini salah satu efek dari penyakit sialan itu?

"Hah," Revano menghela nafas, setelah itu membasuh mukanya serta membersihkan cairan bening yang menggenang di wastafel.

Dengan tubuh yang sedikit bergemetar, Revano melangkah, meninggalkan kamar mandi yang masih terletak di dalam kamarnya.

Revano menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ia melirik jam dinding. Ternyata sudah waktunya ia berangkat sekolah. 

"Sudah jam berapa sekarang dan kamu masih enak-enakan tidur-tiduran?"

Revano sedikit tersentak, ia segera menoleh ke ambang pintu. Di sana ada Laskar yang tengah berdiri seraya berkacak pinggang.

"Kamu tidak sekolah? Mau jadi apa kamu?"

Revano merubah posisinya, ia menghela nafas pelan. Tidak bisakah Laskar membiarkannya istirahat untuk satu hari ini saja? Tubuhnya benar-benar terasa lemas.

"Papa?"

Laskar melangkahkan kakinya semakin mendekati Revano.

"Kenapa? Kamu mau membolos sekolah? Kamu pikir biaya sekolah itu gak mahal? Jangan seenaknya Revano. Saya membiayai kamu sekolah karena saya ingin kamu pintar! Tapi apa sekarang? Kamu berbuat seenaknya! Ini balasan kamu terhadap saya? Kalau kamu tidak bisa buat saya bangga, setidaknya kamu jangan seenaknya seperti ini!" teriak Laskar.

"Pah..."

"Berangkat sekolah atau berhenti sekolah hari ini juga?"

Revano bangkit, ia meraih tas nya setelah itu menatap Laskar.

"Iya Revano pergi sekolah, jangan berhentiin Revano sekolah pa. Revano masih ingin buat papa sama Mama bangga sama Revano."

Laskar berdecih, "Tapi nyatanya sampai sekarang rasa bangga saya tidak ada untuk kamu. Bahkan saya bisa ngerasa, kamu tidak bisa buat saya dan istri saya bangga. Memang, cuma Gara dan Andra yang bisa buat saya dan istri saya bangga."

Revano terdiam, ia menundukkan kepalanya sebentar, lalu kembali mendongak menatap Laskar.

"Sekarang memang belum bisa, tapi suatu saat nanti, Revano yakin rasa bangga papa dan mama terhadap Revano akan jauh lebih besar di banding rasa bangga papa dan mama ke Gara dan Andra."

Lagi, Laskar di buat berdecih setelah mendengar ucapan Revano. Baginya, semua ucapan Revano itu hanyalah omong kosong.

"Tapi saya tidak percaya, sampai kapan pun rasa bangga saya ke kamu itu tidak akan ada. Apa yang harus saya banggakan dari sosok seorang anak yang membangkang dan berbuat semaunya seperti kamu?"

"Tidak apa-apa kalau papa tidak percaya sama ucapan Revano. Itu artinya, Revano tahu bahwa papa bukanlah seorang yang tulus mengapresiasi hasil usaha anak nya sendiri. "

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now