39. Terbongkar?

7.6K 950 252
                                    

Lelaki itu menangis, meraung hebat di bawah guyuran hujan. Setelah berdebat dengan Laskar beberapa waktu lalu, akhirnya ia memilih menyerah. Berlari kencang, meninggalkan gedung yang menurutnya kelam malam ini.

Hey. Tolong ingatkan dirinya, hujan-hujanan seperti ini salah satu larangan bagi penyakitnya. Tolong ingatkan.

"Hiks. Hiks. Papa jahat." lirihnya, ia mengepalkan kedua tangannya lalu memukuli aspal yang basah. Lihatlah, langit pun ikut bersedih.

"R-revano benci papa...hiks."

Jangan di anggap serius. Perkataannya itu hanya bentuk kekecewaan. Karena sejujurnya, ia begitu amat menyayangi Laskar.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, dadanya begitu perih seperti di sayat lalu di hujami belati tajam.

Di Khianati Saudara.

Di kecewakan oleh ayah.

Di duakan oleh pacar.

Di abaikan oleh ibu.

Sakit mana yang belum ia rasakan?

"Hiks, hiks.."

Kepala Lelaki itu tertunduk dalam, tangannya menepuk keras dadanya. Dengan upaya agar sakit di dalamnya segera reda atau menghilang.

Ia terkejut saat melihat seseorang berdiri di hadapannya, tubuhnya juga tidak lagi kehujanan. Kepalanya mendongak, menatap seorang Gadis yang kini tengah memayungi-nya.

"Re?"

Lelaki itu menatap pedih gadis di hadapannya.

"Bangun yuk, kita berteduh. Gak baik lama-lama berada di bawah hujan."

Lelaki itu terdiam, bibirnya ia gigit kuat.

"Gue, gak mau." suara lelaki itu terdengar bergetar.

"Nanti lo bisa sakit Re."

"Gue udah sakit Anya."

Gadis itu, Anya. Terdiam beberapa saat. Memandang lelaki itu yang masih setia dalam posisinya.

"Semuanya menyakitkan."

Pedih hati Anya mendengar suara lirih Revano. Gadis, itu merunduk. Membiarkan lututnya menyentuh aspal yang basah. Ia membenarkan posisi gagang payungnya, sementara sebelah tangannya lagi mengusap bahu Revano lembut.

"Gue mungkin gak bisa ngerasain sakit hati nya lo. Tapi, jangan pernah ngerasa sendiri karena gue ada disini. Re...mungkin gue gak bisa berbuat apa-apa. Tapi gue mau nemenin lo buat sembuhin luka lo. Ayok kita sama-sama sembuhin luka lo. Kita melangkah sama-sama ya Re? Inget gue ada disini."

Revano memandangi Anya, hingga beberapa detik kemudian ia menubruk tubuh Anya untuk di peluknya. Entah Anya yang tak siap atau apa, intinya aksi Revano mampu membuat pegangan tangan Anya pada payung itu terlepas.

"Hiks, mereka jahat Anya. Gue benci mereka. P-papa bilang gue gak punya hati, tapi pada kenyataannya mereka yang gak punya hati kan An?"

"Ya, mereka yang jahat. Bukan Revano."

Gadis itu membalas pelukan Revano, mengelus punggung Revano lembut. Berusaha memberi kekuatan.

"Mereka jahat An. Bukan Revano."

Anya mengangguk.

"Sakit An, hiks---"

"---S-sakit."

Anya tak kuasa menahan tangisnya, air mata itu meluncur mengalir di pipinya, menyatu dengan air hujan.

*****

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now