32. Ternyata...

5.8K 699 112
                                    

"Gua mohon berhenti, berhenti mengusik keluarga gua."

"Sekali enggak ya enggak!"

Revano di buat geram, ia mengepalkan tangannya, wajahnya memerah. Ia benar-benar tidak percaya kalau orang yang Revano kenal adalah---

"Sampai kapan pun gua gak bakal berhenti sebelum gua lihat Laskar hancur."

---orang yang sudah mengganggu ketenangan keluarganya.

"Bokap gua salah apa sama lo Gav?"

Orang itu---Gavin, tersenyum miring.

"Tanpa gua beri tahu, Lo pasti tau Re."

Kening Revano mengernyit. Apa maksudnya?

"Laskar, lelaki bejat yang udah bikin bokap gua seperti sakit mental. Laskar, lelaki bejat yang udah bikin nyokap gua jarang pulang. Laskar, lelaki bejat si perusak rumah tangga orang."

Bugh!

Revano refleks membogem ujung bibir Gavin. Membuat laki-laki itu meringis.

"Lo gak pantas berbicara seperti itu Gavin! Lo gak tau bokap gua gimana! L-lo..."

Bugh!

Revano meringis, Gavin membalas Bogeman-nya.

"Gua pantas berbicara seperti itu, karena emang itu fakta nya! Lo jangan mau di bego-begoin sama bokap lo yang bajingan itu."

"Kenapa?" tanya Revano, ia menatap Gavin dengan tatapan nyalang.

"Kenapa lo pantas berbicara seperti itu ke bokap gua? Apa sebenarnya yang udah bokap gua lakuin Gav?"

"Bokap lo selingkuh!"

Revano terdiam, bagaimana Gavin tahu? Apa jangan-jangan orang yang mengirimi Revano pesan kemarin adalah Gavin?

"NYOKAP GUA YANG JADI SELINGKUHANNYA!" teriak Gavin, pupil matanya bergetar hebat. Dadanya naik turun. Membuat nafas Revano tercekat.

"A-apa?"

"Laskar selingkuh dengan nyokap gua Revano."

"G-gav..." lirih Revano, mata Revano ikut bergetar. Apa itu benar?

"Setiap hari, ibu selalu pulang malam bahkan tidak pulang hanya karena seorang Laskar. Setiap hari, ibu gua pulang dalam keadaan mabuk. Dia ngelupain tugasnya sebagai seorang ibu dan istri hanya karena seorang Laskar. " ucap Gavin menggebu-gebu.

"Dan apa lo tau, keadaan bokap gua di rumah gimana? Dia seperti orang linglung yang kehilangan arah. Bokap gua lebih sering terdiam dan mengurung diri di kamar. Itu semua gara-gara bokap lo Revano!"

"G-gav..." kepala Revano menggeleng tidak percaya.

"Dan itu semua yang bikin gua ngelakuin ini. Gua pengen lihat Laskar hancur dengan kematian anak-anaknya satu persatu. Gua pengen Laskar juga ngerasain kesepian yang bokap gua rasain."

"Gak seharusnya lo berbuat seperti ini Gav. Kalo lo berbuat seperti ini, gak cuma papa yang hancur tapi mama, bahkan kedua saudara gua juga hancur."

"Itu yang gua mau Revano! Buat apa gua ngelakuin ini kalau bukan ngelihat kalian hancur heum? Kalau gua memikirkan nasib kalian, sudah dari dulu gua bunuh Laskar. Tapi, bukankah dengan kematian Laskar itu tidak cukup membalas rasa sakit yang bokap gua rasain? Bukankah bokap gua lebih baik melihat Laskar hancur karena kehilangan anak-anaknya?"

"Gav," Revano mencekal tangan Gavin.

"Maka dari itu, ayok kita bermain Revano."

Revano menggeleng.

GaReNdra (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang