49. Dimana?

5.9K 816 115
                                    

Brukh!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brukh!

Tubuh yang di ikat itu limbung, menghantam lantai yang dingin saat seseorang menendangnya dengan begitu kencang.

Tawa menguar, memenuhi ruangan tempat penyekapan. Setelah puas tertawa, satu dari tiga lainnya, merundukkan tubuhnya, mencekal--lebih tepatnya meremas dagu lelaki yang hampir kehilangan kesadarannya itu. Revano.

"Wajahmu benar-benar mirip dengan bajingan itu. Dan saya benci melihatnya!"

Dengan sekali hentakan, lelaki dengan pakaian serba hitam itu menghempaskan dagu Revano sampai kepala Revano menghantuk  lantai.

Dalam hati Revano mengerang. Kalau saja mulutnya tidak di lakban, sudah Revano pastikan, lelaki itu akan mengerang kencang atau berteriak meminta bantuan.

'Mama---hiks.'

Jujur saja, seluruh tubuhnya terasa begitu menyakitkan. Terlebih, perut atas bagian kanannya. Sudah berapa lama ia tidak meminum obat?

"Kira-kira kalau bajingan itu melihat anak kesayangannya menderita seperti ini, bajingan itu akan melakukan apa?" Lelaki itu menarik rambut Revano dengan kuat. Rasanya, sakit dan panas.

"Saya penasaran bagaimana reaksinya." Lelaki itu tersenyum miring seraya menatap wajah Revano. Namun tidak lama karena setelahnya ia kembali menghempaskan kepala Revano. Kali ini lebih kencang, hingga membuat Revano tidak lagi mengerang dalam hati, melainkan membelalakkan matanya, semuanya terasa kaku. Hanya saja, air mata mengalir dari ujung matanya, serta rembesan cairan berwarna merah di belakang kepalanya.

Lagi, tawa kembali menguar. Mereka begitu senang melihat Revano tersiksa. Di tengah tawanya mereka dan rasa sakitnya Revano. Ponsel milik lelaki yang baru saja menghempaskan kepala Revano berbunyi, menandakan satu panggilan masuk.

Lelaki itu terpaku beberapa detik saat melihat layar ponselnya. Namun setelahnya bangkit.

"Urus anak ini, bersihkan lukanya. Saya angkat telfon dulu sebentar."

"Baik bos."

Lelaki itu berlalu seraya mengangkat telfon. 'Halo Ayah?' suara dari seberang sana masuk ke indera pendengarannya.

Mata Revano kembali mengerejap pelan, keningnya mengernyit dalam, sungguh tubuhnya benar-benar sakit dari ujung kaki hingga ujung rambut.

'Tuhan sakit.'

*****

"Ck, ayah mana si? Ini udah malem tapi kok belum pulang? Sebenernya ayah kemana?"

Lelaki itu terlihat bingung, pasalnya semenjak sepulang sekolah, ayahnya sudah tidak ada di rumah. Bahkan sampai sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ayahnya masih belum juga pulang.

"Ck ay---"

"Gavin tolongh."

Brukh!

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now