40. Putus

7.2K 1K 217
                                    

"Mulai hari ini, besok dan seterusnya. Kabar gua gak akan lagi lo dengar. " Revano Nilaska.

***

Laskar, pria paruh baya itu tengah terduduk seraya menatap tabung obat yang ia temui di kamar Revano semalam.

Banyak pertanyaan yang terlintas di dalam otaknya. Pikirannya tertuju pada hari-hari kebelakang. Dimana ia menemukan Revano dengan wajah pucatnya.

"Apa yang sedang kamu sembunyikan Revano?" ucapnya sedikit getir. Pikirannya kembali berkelana. Teringat dengan mimpinya kala itu. Jika di pikir-pikir, ini semua begitu menyambung bukan?

Tling.

Laskar berjengit kaget saat ponselnya berdenting keras. Menandakan satu pesan masuk. Segera ia mengecek ponselnya. Benar saja, ada satu pesan masuk dari seseorang---

Meta : Mas? Apa kabar? Aku kangen. Udah lama kita gak ketemu.

---Dan itu, Meta.

Jadi jemari Laskar menari di atas ponsel. Membalas pesan dari Meta.

"Revano pulang."

Laskar mengalihkan atensinya dengan cepat.

"Revano?"

Tak ada jawaban, lelaki yang di panggil Revano itu hanya terdiam. Kepalanya sedikit tertunduk.

Tolong di ingat. Kejadian kemarin tidak bisa Revano lupakan. Bahkan rasa sakitnya masih membekas di hati.

"Ada yang ingin saya bicarakan."

Laskar bangkit, ia menatap Revano dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Reva---"

"Ini apa? Katakan pada saya ini apa Revano?"

Nafas Revano tercekat, detak jantungnya terasa berhenti berdetak. Lidahnya terasa kelu saat Laskar mengangkat tinggi-tinggi tabung kecil berwarna bening itu. Dan, Revano sangat mengenalnya.

"P-papa dapat i-itu dari mana?" tanya Revano, sungguh ini di luar dugaan? Apa semuanya akan ke bongkar? Tidak, Mengapa secepat ini?

"JAWAB SAYA OBAT APA INI REVANO?"

Glek.

Revano menelan salivanya berat.

"I-itu...itu...hanya vitamin saja kok pah."

"Yakin hanya vitamin?"

Laskar dan Revano sama-sama menoleh. Di sana, lebih tepatnya di bawah tangga, Nilam tengah berdiri seraya melipat kedua tangannya.

"Kamu yakin itu hanya vitamin mas? Apa jangan-jangan anak kamu itu pemakai narkoba?"

Deg!

Revano mendelik-an matanya. Bisa-bisanya Nilam berfikir seperti itu.

"Revano emang bodoh. Tapi gak mungkin Revano rusak tubuh Revano sendiri dengan memakai narkoba." buru-buru Revano membela diri, takut-takut Laskar mempercayai ucapan Nilam.

"Katakan yang sejujurnya saja Revano. Semuanya sudah jelas, itu obat terlarang."

"Mah, gak usah memperkeruh suasana. Demi Allah Revano gak Makai narkoba. Revano udah bilang itu hanya vitamin."

Nilam memutar bola matanya malas. "Gak ada maling ngaku. Maling ngaku penjara penuh."

"Mah..." lirih Revano. Niat hati ia pulang hanya untuk sekedar beristirahat setelah semalaman ia menenangkan diri di rumah Shandy.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now