15. Teman baru

6.1K 600 89
                                    

"Kemoterapi bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk memperlambat bertumbuhnya sel kanker pada tubuh."

"Dan kemoterapi bukan memperlambat kematian, justru mempercepat kematian."

Kata-kata yang keluar dari mulut Shandy tadi sore terus terngiang di telinga Revano.

Sungguh, saat ini Revano tidak tahu harus apa. Hatinya terlanjur di hantui rasa takut.

Saat ini, lelaki itu tengah bersandar pada tembok, memeluk tekuk lututnya sendiri. Bibirnya bergetar, matanya bergerak gelisah, tatapan matanya juga terlihat sedikit kosong. Seragam sekolah yang masih ia kenakan begitu terlihat berantakan.

"Mah, Revano harus apa?" tanya-nya dalam hati.

*****

Saat tahu jika Ellina adalah putri dari Bagas. Laskar dengan segera membuat acara makan malam bersama. Dengan tujuan mempertemukan Ellina dengan Gara.

Dan ya, saat ini, dua keluarga itu tengah berkumpul di sebuah restauran terkenal di Jakarta.

Makan malam itu begitu tenang, sesekali celotehan keluar dari mulut Andra yang tidak sengaja melihat Gara dan Ellina yang bercuri-curi pandang. Dan itu, di timpali oleh Alfiandra. Kakak pertama, Ellina.

"Mata lo bisa copot kak, inget sodara lo di rumah." ucap Andra. Entahlah, ia jadi teringat dengan Revano yang kini tidak tahu keberadaan nya dimana.

"Padahal duduk berhadapan tapi tetap mencuri-curi pandang. Adek gua bukan maling yang harus lo pantau terus." timpal Al.

"Al," tegur Bagas. Membuat Alfiandra seketika menundukkan kepalanya. Andai saja Alfiandra itu Samuel. Sudah di pastikan, ia akan menimpali ucapan Bagas.

Ngomong-ngomong soal Samuel. Dia adalah kakak kedua Ellina yang sekarang sedang berkuliah di luar negeri.

"Ternyata tidak hanya di foto saja kamu tampan, Asli nya lebih tampan." ucapan Bagas membuat Laskar tersenyum lebar. Walau tidak di tujukan untuk nya, melainkan untuk Gara yang kini tengah tersenyum malu.

"Kamu benar mas, tampan sekali anak ini." Ayu, ibunda Ellina ikut menimpali ucapan suaminya.

"Tidak hanya tampan Bun, yah. Tapi kak Gara itu pintar sekali. Sudah banyak penghargaan yang ia dapat di sekolah. Pasti, om dan Tante bangga sekali." ucap Ellina, membuat Gara yang mendengarnya hanya menundukkan kepala malu.

"Ya, om sangat bangga mempunyai anak seperti Gara." Laskar merangkul pundak Gara. Nilam yang berada di sebelah Laskar mengangguk setuju. Iya, Nilam pun sama bangga nya terhadap Gara. Anak pertamanya itu.

"Ck," decakan keluar dari kedua bilah bibir Andra. Entahlah, ia merasa tidak suka dengan acara makan malam ini.

"Mah, pah. Andra izin ke toilet ya? Kebelet."

Semua pasang mata menatap ke arah Andra yang kini sudah bangkit dari duduknya.

"Mama antar ya sayang?"

"Gak usah, Andra bisa sendiri."

"Kamu serius?" tanya Laskar, Andra manggut-manggut, setelah itu ia melangkah, meninggalkan mereka yang masih setia dengan aktivitasnya.

"Al juga izin ke toilet Bun, yah." tanpa izin, Alfiandra berlari, menyusul langkah Andra. 

"Kalau kalian ingin jalan-jalan silahkan, tapi jangan lama-lama takut keburu larut malam." ucap Bagas, membuat Ellina serta Gara menoleh secara bersamaan.

GaReNdra (SELESAI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz