1. COYOTE V.I.P CLUB

Start from the beginning
                                    

"Lo bilang, lo butuh bantuan investasi untuk proyek hotel di Kuba. Gue mau nyaranin lo buat nyari koneksi di sini."

Savero seketika menoleh ke arah Malik. Ia berdecak singkat lantas menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Jangan aneh-aneh. Gue gak sebego itu buat jalin kerjasama dengan orang-orang yang setengah sadar di sini." Savero menolak. Tentu saja ia ragu bahkan tidak percaya dengan ide yang Malik sampaikan. Dengan datang ke Coyote saja sudah membuatnya berpikir bahwa waktunya terbuang sia-sia. Apalagi memikirkan rencana Malik mencari investor di sana.

Malik tersenyum miring. "Mungkin orang-orang di lantai satu bisa lo ragukan, tapi orang-orang yang berada di lantai ini atau di balkon sana masih bisa lo percaya."

Malik menunjuk tempat yang jaraknya tak jauh dari mereka. Sebuah balkon dengan dinding kaca yang posisinya tepat di tengah. Dari posisi itu, Savero yakin siapapun bisa melihat ke segala penjuru ruangan tanpa terkecuali.

"Cuma orang-orang penting yang bisa pakai ruangan itu. Yang jelas mereka-mereka yang merasa punya kepentingan dan kebutuhan bisnis sama pemilik tempat ini."

"Apa mereka golongan orang yang seenaknya bisa bungkus cewek kapan aja?" Savero meremehkan.

Malik menggeleng. "Kalau itu, gue kurang tau. Yang jelas ruangan itu lebih mirip ruang negosiasi. Jadi orang yang masuk atau ada di sana lebih ke urusan bisnis. Lo bisa kasih proposal ke mereka dan nantinya mereka bakal menentukan diterima atau enggaknya penawaran lo. Tentu saja setelah melewati proses panjang."

"Lalu persetujuannya?"

"Sekitar sebulan setelah tinjauan. Gue gak tau gimana cara mereka menilai, tapi yang gue denger investasi yang mereka lakukan rasio kegagalan atau ruginya kecil."

"Dan apa keuntungan buat mereka?"

"Dari yang gue denger lagi, kalau mereka setuju buat investasi di sebuah usaha, mereka bakal minta sebagian sahamnya."

"Menarik," Savero tersenyum miring. "Kayaknya mereka emang bukan orang yang baru di bidang ini."

"Mereka orang baru, Sav." Malik mengoreksi. "Mereka baru kelihatan sekitar tiga sampai empat tahun belakangan. Dan mainnya bersih banget. Cuma kalau kapan awal mula bisnisnya, gue gak tau pasti."

Savero mengangguk-angguk sambil diam. Pikirannya membawa Savero ke beberapa kemungkinan yang terjadi sebelumnya. Bagaimana mereka yang disebut investor itu berhasil menarik perhatian para pemilik usaha sampai mendapatkan saham untuk mereka sendiri. Bisa dinilai bahwa permainan mereka cukup unik dan cerdas. Mereka memiliki saham yang jelas membuat mereka secara tidak langsung ikut menjadi bagian dari usaha yang dijalankan pemilik usaha. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang jelas sekaligus mendapatkan kedudukan sebagai salah satu pemberi keputusan dalam setiap rapat-rapat penting.

"Kalau lo tertarik, gue usahain lo bisa ngasih proposal ke mereka segera." Malik menyadarkan Savero dari pikirannya sendiri. "Mereka di sini kemungkinan gak akan lama. Kaum-kaum yang gak pernah ngerasain kekurangan uang kayak mereka, biasanya agak anti sama kaum-kaum New Money yang haus validasi kayak yang ngisi meja di bawah sana. Jadi mereka pasti gak mau lama-lama di tempat yang sama."

"Lo kenal mereka siapa?" Savero tanpa sadar jadi penasaran. Apalagi sejak tadi mereka hanya membahas mengenai hal yang sama.

"Gue gak kenal deket. Cuma tau aja beberapa dari mereka. Ya, gue kenal sama yang cowok doang, sih. Sama yang cewek gue gak kenal." Malik menjelaskan.

"Wow! Menarik." Savero tersenyum lantas meneguk kembali minuman bersoda yang baru saja ia ambil.

Belum sempat Savero meletakkan kembali minumannya di atas meja, sekumpulan pria berpakaian serba hitam baru saja naik ke lantai dua. Savero melihat mereka muncul dari tangga seperti membuka jalan untuk tamu yang baru datang.

Another ColorWhere stories live. Discover now