Aku Ragu

309 7 0
                                    

Pagi hari tiba, Rio merasa bingung ketika membaca pesan dari Ella. Dia memperhatikan kata-kata yang membuatnya bertanya-tanya. Apa arti dari kata-kata tersebut? Apakah ada sesuatu yang terlewatkan?



Rio kemudian membalas pesan Ella, "Ada apa, sayang?" Rio merasa khawatir dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dengan Ella.

Beberapa menit kemudian, Ella membala pesan Rio, "Gak ada apa-apa kok. Gua cuma mau bilang aja, gua sayang banget sama lo."


Rio merasa lega mendengar balasan dari Ella. Namun, di dalam hatinya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Ella? Apakah dia sedang menyembunyikan sesuatu dari Rio?

Rio memutuskan untuk menelpon Ella untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Namun, saat Rio menelpon, Ella tidak mengangkat teleponnya. Rio merasa semakin cemas.

"Ah, mending ngomong langsung pas di sekolah nanti..." ucap Rio pada dirinya sendiri.

Rio kemudian berkemas dan berangkat menuju sekolah. Tak lama setelah itu, Rio berjalan menuju gerbang sekolah dan melihat Ella sudah berdiri di sana menunggunya. Mereka saling bertatapan dan Rio langsung merasa canggung setelah membaca pesan dari Ella pagi tadi. Namun, Ella tersenyum dan memeluk Rio erat.


"Rio....," ucap Ella sembari memandang Rio dengan penuh kasih sayang.

Rio terkejut dengan sikap Ella yang tiba-tiba mesra seperti itu. Dia mencoba merespon dengan tenang, "Iya Ella... manis banget sih hehe."

Ella tersenyum bahagia, namun Rio masih merasa canggung dengan pesan yang dia terima tadi pagi. Dia mencoba mengalihkan topik, "Eh, lo udah siap untuk ujian?"

Ella mengangguk, "Iya, gua udah siap. Smeoga aja deh nilai kita bagus ya."

Rio merasa lega mendengar itu, "Iya, Semoga kita bisa lulus dengan nilai bagus."


Mereka lalu berjalan ke kelas bersama, namun suasana yang biasanya hangat dan mesra kini terasa canggung karena Rio masih terus memikirkan pesan dari Ella tadi pagi dan mencoba mencari tahu maksud sebenarnya.



Setelah ujian selesai, Rio dan Ella bertemu di kantin. Rio akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung pada Ella, "Ella, tadi pagi gua baru baca chat lo... emm.... isinya kayak..."

Ella pun memotong perkataan Rio dan langsung berbicara tentang chat itu. "Itu... itu gara-gara gua ragu sama perasaan gua sendiri. Gua gak tau gua ini beneran cinta sama lo, atau hanya sekedar alasan untuk terima diri gua yang baru, sebagai Ella."

Rio mengambil tangan Ella dan menatapnya lembut. "Ella, gua gak bisa maksain perasaan lo. Lo gak perlu buru-buru ambil kesimpulan. Nanti apapun keputusan lo, gua bakal terima karena gua cinta sama lo." ujar Rio dengan tegas namun lembut.

Ella terharu dengan kata-kata Rio. Ia merasa sangat beruntung memiliki seseorang sepertinya yang selalu mendukung dan mencintainya. "Thanks Rio...gua jadi agak tenang dikit," ucap Ella dengan senyum tipis di bibirnya.

Rio mengecup puncak kepala Ella dan menggenggam tangannya erat. "Tenang ya Ella...gua bakal terima keputusan lo apapun itu," ucapnya.



Rio dan Ella berjalan ke parkiran motor di depan sekolah, di mana motor Rio diparkir. Rio memberikan helm kepada Ella dan membantunya mengenakannya dengan lembut. Setelah itu, Rio membuka motor dan mempersilakan Ella duduk di belakang.

Ella merasa senang dan bersemangat. Dia merasakan kehangatan dari tubuh Rio di belakangnya dan aromanya yang maskulin. Mereka sengaja memilih rute yang jauh, melaju melewati jalan-jalan kecil di perkampungan agar bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama diatas motor.


Sesaat kemudian, Rio memutar kepala dan tertawa kecil, "Lo itu beda banget dari yang lain, Ella. Gua suka banget sama lo."

Mendengar itu, hati Ella berbunga-bunga. "Thanks, Rio. Gua juga suka banget sama lo," jawab Ella sambil memeluk Rio dari belakang.



Mereka melanjutkan perjalanan dengan penuh kebahagiaan, melewati jalan-jalan yang teduh dan menyenangkan. Sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah Ella.


"Thanks ya udah nganterin gua, Rio," kata Ella.

Rio menjawab, "Sama-sama, sayang."

Ella tersenyum dan mengangguk, "Iya."


Rio memperhatikan Ella memasuki rumahnya, dan ketika dia yakin bahwa Ella sudah aman, dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya sendiri dengan perasaan bahagia.

Ketika memasuki rumah, Ella melihat Rita sedang duduk di meja makan sambil menggambar, gambar-gambar lucu yang tidak jelas bentuknya. Ella tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya.


"Kakak!" seru Rita dengan riang.

Ella pun tersenyum dan menggendong adiknya dengan lembut, mencium pipinya, dan bertanya, "Dedek lagi ngapain?"

"Gambar kucing, Kak! Tapi jelek kucingnya," kata Rita sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, kok bilang jelek? Bagus lho gambar kucingnya,." Jawab Ella mencoba meyakinkan Rita.

"Serius, Kakak? Gambar kucing Kakak lebih bagus dari gambar Rita ya?" Tanya Rita dengan tatapan lucu dan polos.

"Ya iya lah, Dek Rita kan masih kelas 3 SD, nanti nanti pasti lebih jago dari Kakak." jawab Ella sambil tersenyum.

Rita tertawa kecil dan Ella pun memeluknya erat-erat. "Dek Rita lucu banget sih. Sayang banget sama dedek," ucap Ella sambil terus menciumi pipi Rita.

Rita pun menjawab dengan polos, "Kakak sayang Dedek ya?"

Ella tersenyum, "Pasti dong. Kakak sayang banget sama Dek Rita."

Rita pun mengulurkan tangannya ke arah wajah Ella dan mengelus-elus pipinya, "Kakak cantik ya, kayak princess."

Ella tertawa kecil, "Iya? Makasih ya dek Rita, dedek yang paling cantik sih."


Mama yang sedang memasak di dapur, mendengar suara gembira Ella dan Rita. Ia berjalan ke ruang keluarga dan tersenyum melihat adegan Ella menggendong dan menciumi adiknya.


"Kamu itu selalu gemesin, Rita. Kayak adik kecil yang manja," kata Mama sambil tersenyum.

"Hihihi, tapi Rita udah kelas 3 loh, Ma!" kata Rita sambil memamerkan jempolnya.

Ella tertawa melihat tingkah adiknya. "Tapi tetap aja lucu dan gemesin banget sih, Rita. Kayak bayi baru lahir."

Mama Ella mengangkat alisnya. "Kenapa tiba-tiba jadi ngomongin bayi, Ella?"

Ella tersenyum ke arah ibunya. "Enggak apa-apa, Ma. Cuma tadi pas pulang sekolah, Rio nganterin Ella pulang naik motor, jadi jadi inget masa-masa dulu pas jaman-jaman kita masih kecil. Tiba-tiba Ella merasa kayak balik lagi ke masa lalu dan jadi pengen ngegendong bayi-bayi kecil juga."

"Ya udah, sini Mama juga pengen ngegendong dedek Rita." Mama pun mengambil Rita dari pelukan Ella dan menggendongnya. "Kamu emang manis banget sih, Rita."

Rita digendong mama sambil pipinya dicubiti oleh Ella. Rita  : "Kakak... jangan cubit kuat-kuat, pipi dedek sakit nih jadinya... dedek bukan bayii.."

Ella terkejut mendengar kata-kata adiknya, dia segera mengelus kepala Rita dan meraih wajah adiknya dengan kedua tangannya. "Iya, maafin kakak ya dek... kakak bercanda aja kok. Tapi Dek Rita emang tetap lucu dan gemesin kayak bayi." ucap Ella dengan lembut sambil menciumi pipi adiknya.

Mereka pun tertawa, sejenak melupakan segala kegalauan yang ada. Ella merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama adiknya, membuat gambar kucing, dan menikmati kebersamaan mereka.

Tapi sebenarnya, di dalam hati Ella masih bingung dan ragu dengan perasaannya terhadap Rio. Dia takut salah mengambil keputusan, tapi pada saat yang sama, dia juga takut kehilangan Rio. Semua itu terus bergolak di dalam benaknya, membuatnya merasa semakin kebingungan.

Dalam diam, Ella hanya bisa berharap semoga ada jalan keluar yang terbaik untuk semuanya.




...TO BE CONTINUED...

VOTE YOK!!!

ELLA: Embracing FemininityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang