35. Accident

134 14 1
                                    

Soobin sedari tadi hanya bertopang dagu sambil mengamati jalanan yang ada dibawah lantai dua yang rendah dari gedung yang sedang dia singgahi hampir dua jam, dia dapat melihat jalanan yang padat penuh akan berbagai macam kesibukan manusia dibawah sana yang seolah-olah bisa dia sentuh. 

Digedung itu sebenarnya dia sedang menunggu Exy yang sedang pergi menemui kenalan sekaligus pergi untuk mencari makanan khas kota Shanghai.

Karena sudah terlalu bosan tidak melakukan apapun yang berhasil membuat pikirannya semakin kosong dan membuatnya mengantuk, Soobin iseng-iseng memainkan alat gambar milik Exy dan membuka buku sketsa Exy yang hampir memenuhi meja, mencari bagian yang masih kosong.

Soobin mulai menorehkan pensil dengan lembut dan hati-hati sambil matanya sesekali kembali mengamati objek yang ada dibawah gedung untuk dia gambar, seperti bangku panjang dibawah lampu pijar, sepeda-sepeda yang terparkir rapih di toko depan gedungnya.

Hasil gambarnya Soobin amati sejenak dengan senyum bangga, rasanya ternyata sangat menyenangkan. Jadi besok dia akan meminta Exy untuk sering-sering menggambar bersama.

Soobin kembali menorehkan pensil yang masih ada ditangannya, bermaksud untuk menggambar objek lain, kali ini pada minibus yang terlihat terburu-buru dan mobil yang melaju dengan pelan, bermaksud melengkapi gambarnya agar tampak hidup seperti jalanan sesungguhnya.

Terlalu fokus menggambar, Soobin sampai tak sadar jika ada sepasang mata yang sedang mengawasinya, begitu kata 'wow' lewat diteliganya begitu saja, Soobin lantas menoleh dan menemukan anak laki-laki yang berdiri disamping mejanya.

Soobin tersenyum penuh arti pada anak laki-laki yang menatapnya dengan senyum lebar. Dia lantas fokus kembali pada gambarnya, lalu memberikan beberapa sentuhan terakhir pada gambarnya dengan cepat.

Kemudian, Soobin menyobek kertas gambar tersebut dari buku sketsa dengan begitu hati-hati agar tetap rapih. Dia lantas mengulurkan kertasnya pada sang anak yang tampak bimbang, Soobin pun mengangguk berusaha menyakinkan.

"Untukmu."

"Terima kasih."

Anak laki-laki itu pun menerimanya dengan senang hati, mengangguk dan mengucapkan terima kasih untuk kedua kali, lalu berlari menjauh meninggalkan Soobin untuk kembali pada beberapa orang dewasa yang Soobin yakini datang bersamanya.

Soobin tersenyum saat anak laki-laki itu kembali dan memberinya setangkai bunga cosmos berwarna putih, lalu dia pun melambai untuk mengiringi kepergian anak laki-laki itu.

Tepat setelah anak laki-laki itu hilang dari penglihatan Soobin, ponsel yang ada disaku jasnya  berbunyi. Soobin tersenyum merekah, dengan penuh binar dia menatap layar ponselnya yang menyala-nyala dan memaparkan nama Exy sebagai pemanggil.

"Halo? Gimana, dapet nggak makanannya?" tanya Soobin.

"Coba deh kamu liat ke bawah dari jendela."

Soobin lantas menoleh kearah jendela dan mendapati Exy dibawah sana yang melambaikan tangannya bersama sebuah kantong kresek bening berisi kotak coklat. Senyum Soobin semakin merekah penuh arti melihat Exy yang masih melambaikan tangan bersama seulas senyum.

"Turun buruan, keburu makanannya dingin. Kita makan diluar sekalian liat penari jalanan, tadi aku nggak sengaja liat waktu balik kesini."

"Terus set gambarnya gimana?"

"Tinggal aja. Nanti kita kesitu lagi. Atau nggak titipin kepetugas, kalo kamu takut hilang. Hehehe..."

Soobin mengangguk, lalu menyimpan ponselnya kembali kesaku jasnya setelah Exy mematikan sambungan mereka secara sepihak.

Soobin menata satu set gambar yang baru saja dipakainya dengan sedikit terburu-buru, dia sudah tidak sabar untuk mendatangi Exy dibawah. 

Namun, belum sempat dia menyelesaikan tatanannya, tiba-tiba ada yang menahannya, begitu dengan jelas telinganya mendengar suara decitan yang sangat keras.

Soobin lansung mengangkat kepala bersama wajah terkejut dan bingung melihat orang-orang yang tadi ada disekitarnya sekarang sudah berdiri penasaran didepan kaca dan berdesak-desakan, ada juga beberapa orang yang memilih untuk turun.

Dari tempatnya Soobin lantas mengikuti banyak pasang mata yang menatap kebawah, entah apa yang mereka lihat. Dibawah sana ternyata sedang terjadi keributan.

"Maaf, apa yang sudah terjadi dibawah sana?" tanya Soobin hati-hati, menahan seseorang yang tergesa akan turun kebawah.

Orang itu menoleh kebelakang sekilas, lalu ekor matanya bergerak memperhatikan orang-orang yang mendahuluinya keluar.

"Disana ada kecelakaan." Setelah menjawab orang itu langung pergi terburu-buru meninggalkan Soobin.

Entah kenapa mendengar itu membuat kaki Soobin langsung lemas. Kedua tangannya langsung berpegangan pada ujung meja ketika merasakan tubuhnya akan luruh.

Dia menoleh kembali pada keramaian dibawah sana, lalu menoleh kearah dimana Exy berdiri.

Soobin langsung dibuat panik karena tak mendapati Exy ditempatnya. Dengan gesit tanpa menyelesaikan tatanannya dia langsung melesat untuk turun kebawah sambil berusaha menghubungi Exy.

Namun sayangnya sudah dihubungi berkali-kali dan bahkan sekarang Soobin sudah keluar dari gedung, panggilannya tidak diangkat sama sekali.

Soobin lantas menoleh kearah keramaian, alih-alih menghampirinya dia justru pergi ke tempat dimana tadi Exy berdiri dan menghubunginya.

Dan yang Soobin termukan disana hanyalah satu kantong kresek bersama makanan yang sudah berceceran.

Tanpa memperdulikan makanan itu, Soobin kembali menghubungi Exy sambil berjalan kearah kerumunan dimana tempat kecelakaan terjadi, siapa tau Exy ada ditengah-tengah kerumunan tersebut.

Soobin berusaha berdesak-desakan dan membelah kerumunan untuk mencari Exy, yang sampai sekarang di masih belum bisa menemukan lelaki itu. Hingga dia tiba dipaling ujung, Soobin langsung membeku begitu melihat dengan jelas apa yang ada didepannya sekarang.

Seseorang yang sudah tergeletak tak berdaya dengan luka didagu dan kedua tangannya yang sudah berdarah-darah, bersama seseorang yang tengah berusaha menolong nyawanya.

"Exy-ya..."

"Chu Exy!"




~~~~~~~~~~

Discover : Time, Love, & DiedWhere stories live. Discover now