22. Thank's and Sorry

130 17 5
                                    

"Terima kasih."

Yeonjung berbalik, tangisnya yang sudah tak bisa dia bendung lagi pecah sudah. Dengan cepat dia menghambur kepelukan Dawon yang hanya bisa terdiam seperti orang bodoh.

Tapi dengan cepat dia membalas pelukan Yeonjung yang meremas bajunya kuat, perlahan air matanya turun tanpa dirasa ketika mendengar isak tangis Yeonjung yang sangat menyayat hatinya.

"Ma-maaf ya udah buat kamu khawatir." Dawon memaksakan senyumnya, sekarang dia tidak boleh ikut terlihat dan terdengar rapuh.

"Maaf juga." Dawon menjeda ucapannya ketika merasakan dadanya sangat sesak. "Maaf udah buat kamu kecewa. Aku nggak pantes dapetin ini dari kamu."

"Kakak lagi kena masalah, jangan ngerendahin diri kayak gini. Orang yang paling bisa jadi penolong kakak saat ini, buat kakak kuat dan tegar itu diri kakak sendiri." Yeonjung perlahan melonggarkan pelukannya, dia mendongak kearah Dawon yang terlihat berkaca-kaca.

Yeonjung mengelus pipi Dawon dengan lembut, dan Dawon langsung menggenggam tangan gadis itu erat-erat.

"Kakak boleh nutup diri dari orang lain. Kakak juga boleh nyemangatin diri sendiri. Tapi, jangan pernah memperburuk suasana dengan jelek-jelekin diri kakak sendiri."

Yeonjung perlahan melepaskan tangan Dawon, lalu mundur beberapa langkah. Yeonjung tersenyum perih sambil mengamati Dawon yang diam.

"Aku pulang kak. Kakak masih butuh waktu sendiri, kan?"

"Jangan pernah merasa sendirian kak, karena kita semua akan selalu ada buat kakak apapun yang terjadi." Yeonjung mengangkat tangannya keudara, bermaksud menyemangati Dawon yang ikut mengangkat kedua tangannya bersama mata yang sudah berderai.

"Semangat!"

Sebelum pergi, Yeonjung mengulas senyum untuk yang terakhir kali. "You're strong. I believe it."


+++++


Sudah hampir satu bulan setelah pertemuan terakhir, Yeonjung dan Dawon tidak saling bertemu atau saling menghubungi satu sama lain. Selama itu mereka benar-benar lost contact, Yeonjung maupun Dawon tidak ada yang memulai menemui atau saling berkabar sama sekali.

Tapi hari ini Yeonjung dibuat terkejut karena tiba-tiba Dawon menghubunginya saat tengah malam tanpa adanya kabar lebih dulu.

"Hey."

"Halo kak. Aku nggak akan basa-basi buat tanya kabar kakak karena kita udah lama nggak ketemu dan lama nggak saling ngehubungin kayak sekarang. Karena aku tau..."

"Stop. Kalo tau nggak usah diterusin." Dawon tergelak. "Kamu masih di Jepang ya?"

"Kenapa? Kakak mau nyusul kesini?"

"Enggak. Cuman mau kasih tau disana ada restoran cumi kesukaanku didaerah Osaka."

Yeonjung berdecak. "Yahhh, sayang banget. Besok pagi aku udah pulang ke Korea."

"Wah sayang banget. Padahal cuminya enak banget loh Jung." Diseberang Dawon tertawa tawa kecil.

Entah kenapa mendengar Dawon tertawa seperti itu membuat Yeonjung merasa tersentuh, dan hatinya juga perlahan menghangat.

"Kak Dawon."

"Hm?"

"Selama ini gimana perkembangannya, udah ada kabar?"

"Perkembangan tentang?"

"Tentang berita sampah itu. Kakak nggak curiga sama siapapun?"

Terdengar helaan nafas singkat dari seberang. "Meskipun aku udah kerja sama banyak orang. Tapi lingkaran pertemananku kecil. Aku nggak bisa curiga sama siapapun."

"Terus buat kedepannya, apa yang mau kakak lakuin?"

"Nggak tau."

Yeonjung menghela nafas panjang, berusaha menahan kesal karena jawaban Dawon. "Serius kak."

"Aku juga serius Jung. Mungkin aku harus memberitahumu, agensi sudah menyangkalnya. Sekarang sudah tidak ada lagi perkembangan apapun yang perlu dibahas. Polisi juga sudah tidak lagi memanggilku."

"Tu-tunggu, tadi kakak bilang agensi sudah menyangkalnya?"

"Kamu nggak baca berita?"

"Aku tahan. Aku terlalu benci dan muak liat komentar-komentar itu. Tapi kak, kenapa kakak bisa setenang ini."

Disana Dawon tersenyum mendengar pertanyaan terakhir Yeonjung. "Yoo Yeonjung, listen. Yang benar pasti akan terlihat pada akhirnya. Kita tunggu aja waktunya."

"Tapi kita kan nggak tau waktu kedepannya gimana. Kalo masalahnya lebih besar?"

"Bukankah kehidupan memang seperti itu?"

Yeonjung diam, dia dibuat kehabisan kata-kata dan tak mampu lagi menjawab. Dawon benar, kehidupan memang selalu bekerja seperti ini, dan tak ada yang tahu. Semuanya selalu datang secara tiba-tiba dan kadang tanpa aba-aba lebih dulu.

"Jung kamu udah ngantuk. Ayo tidur, udah malem. Besok kamu harus bangun pagi-pagi kan?"

Yeonjung berdecak dan memutar bola matanya. Suaranya dibuat pura-pura kesal "Kakak telfone aku juga udah malem."

Dawon tergelak. "Hahaha iya juga. Maaf ya Jung kalo ganggu malem-malem gini. Kamu boleh tutup dulu. Selamat malam Yoo Yeonjung."

Sebelum sambungan terputus, buru-buru Yeonjung mengucapkan apa yang sedari tadi tertahan.

"Miss you kak Dawon. Selamat Malam." Yeonjung cepat-cepat menutup sambungan secara sepihak, tanpa mau tahu balasan Dawon lebih lanjut.

Tapi tanpa Yeonjung ketahui ungkapan itu sudah berhasil membuat senyum mengembang terbit diwajah Dawon bersama dengan setitik air mata yang keluar tanpa Dawon sadari.

"Me too. I miss you so much Yoo Yeonjung. Thank you."




~~~~~~~~~~


Entah kenapa nulis chap ini saya ikut cry  T_T  begitu saja 

Discover : Time, Love, & DiedWhere stories live. Discover now