Part 21

22 11 0
                                    

Don't forget to Vote.

•••××ו••

30 menit kemudian Shakel masih menunggu Husna setelah kepergian Arsyila. Perasan khawatir menganggu pikirannya sejak tadi. Satu nama yang terus menerus terlintas yaitu Arsyila. Telinganya mendeteksi bunyi guntur serta hujan yang di selingi angin.

Lamunannya buyar, kala pintu ruangan operasi terbuka. Keluarlah dokter dan suster memakai seragam khas untuk operasi. Tanpa menunggu lama, dia beranjak berdiri.

"Bagaimana keadaan Husna, dok?" Pertanyaan itu terlontar cepat.

Dokter membuka masker hijau nya terlebih dahulu. Dan menjawab dengan jelas. "Keadaan pasien sudah melewati kritis, cuman akibat dari jatuh nya di tangga. Saudari Husna mengalami kelumpuhan. Serta, mental nya yang semakin lemah, hal ini bisa memicu depresi dan hang paling fatal adalah meninggal."

Deg

Detak jantungnya seolah di suruh untuk berhenti. Kabar yang dia dapatkan sangat mengejutkan. Tatapan kosong terlihat di netra hitam nya.

"Tapi, bisa berjalan lagi kan dok?" Dalam mata nya terlintas harapan besar dari pertanyaan itu.

"Bisa, jika sering terapi dan istirahat serta konsultasi," jawab Dokter itu.

"Suster segera pindahkan pasien ke ruangan inap!"

"Baik dok!" Suster itu kembali masuk lagi, dengan Shakel yang masih menunggu di luar.

"Kalau begitu saya permisi, jika ada hal yang membahayakan pasien harap segera kabari kami," izin dokter sebelum pergi.

Entah benar atau tidak. Jika sudah ada nama Husna pasti, Arsyila selalu Shakel lupakan.

•••××ו••

"Siapa yang lakuin ini, Anjing!" murka Zayn mengamati pemandangan kota di siang hari. Banyaknya kendaran yang berlalu lalang baik mobil, motor, bus dan sepeda. Tidak hanya kendaraan puluhan manusia bahkan ratusan seperti tidak ingin meninggalkan tempat yang memiliki polusi udara tidak sehat. Tapi, itu semua tidak mampu mengalihkan pikiran Zayn dari kekasihnya yang terbaring sekarat dengan bantuan selang oksigen.

Saat ini mereka berada di apartemen. Tidak ingin ke rumah sakit yang malah menjadi pusat perhatian. Zayn lebih memilih merawat Aulia di apartemen dengan menyewa dokter tidak perduli biaya besar yang akan dia keluarkan.

Rafa yang tengah duduk di sisi ranjang sembari menggenggam tangan dingin itu. Menjawab. "Gue gak tau."

"Bukannya yang punya tuh kunci gudang tidak semua geng," celetuk Athar yang duduk di sofa sembari menikmati secangkir kopi dengan tenang. Dalam hati berkali kali mengumpat kebodohan mereka.

"Benar," imbuh Zayn membalikkan tubuhnya. Berjalan pelan ke arah Aulia.

"Yang punya kunci nya cuman 5 geng motor doang...," jeda nya, sebelum mengusir Rafa agar dia dapat menggantikan posisi pria yang berstatus sebagai calon kakak iparnya itu.

"Omorfos, Valuenz, Ravloska, Naravez dan Alaskar," lanjutnya seraya membelai rambut Aulia penuh kasih sayang.

"Coba deh Lo pikir pikir siapa musuh terbesar lo di antara mereka!" perintah Athar.

Rafa hanya diam menyimak pembicaraan mereka. Dia lebih memilih duduk di samping pria yang penuh misteri itu.

Zayn terdiam. Dia dan ketiga geng itu sama sekali tidak pernah bekerja sama ataupun berinteraksi kecuali saat tauran dan balapan. Selain itu tidak.

"Omorfos," ucapnya dengan sorot mata penuh dendam.

Semua terdiam dan hening.

Zayn terus menerus membelai pipi dan rambut Aulia. Sampai dimana berhenti tepat di pelipis Aulia yang di perban.

SHAKELWhere stories live. Discover now