35. Rasa Gelisah

155 14 0
                                    

"Selain dia, ada lagi?"

"Sejauh aku menyelidikinya, ternyata hanya dia. Tidak ada orang lain di tim kita yang berkomplotan dengannya."

"Kalau begitu, panggil Kuroo, Tsukishima, Kenma, dan Tendou untuk menemuiku di ruang meeting."

"Jangan di ruang meeting!" Akaashi berseru, terang-terangan menentang perintah Ushijima. Lelaki itu menggeleng tegas, coba yakinkan Ushijima dengan ucapannya. "Dia menyabotase ruangan itu. Kita meeting di ruanganmu."

Ushijima hembuskan nafasnya dengan kasar. Raut murkanya semakin kentara dari sebelumnya. Lantas tanpa mengatakan apapun, Ushijima meminta Akaashi untuk melakukan titahnya sebelumnya.

Sepeninggal Akaashi, Ushijima sandarkan punggung lebarnya ke sofa. Kedua tangannya saling bersidekap seraya rasakan detak jantungnya yang bertalu. Ia marah. Benar-benar marah, begitu mengetahui ada sampah yang menyusup ke dalam tim nya. Sorot matanya yang tajam meneliti lembaran foto yang berserakan di meja.

"Kurang ajar! Brengsek! Bisa-bisanya aku pernah mempercayakan (Name) padanya."

Tangannya lantas terulur. Dengan geram ia raih salah satu foto itu, dan meremasnya hingga berbentuk gumpalan yang tak beraturan.

"Tunggu saja bagaimana cara aku menghabisi mu, brengsek!"

Usai makan malam, suasana di mansion Inarizaki cukup sepi. Yang lainnya memutuskan kembali ke kamar masing-masing, dan beberapa orang tengah sibuk dengan kegiatan mereka sendiri di ruang tengah. 4 orang yang ada di tempat itu, adalah Suna salah satunya. Lelaki itu hanya pusatkan atensinya pada layar ponselnya. Menggerakkan ibu jarinya dengan cepat, karena ia tengah bertukar pesan dengan seseorang.

"Someone is coming." Gumam Terushima. Suna kemudian alihkan pandangannya. Ia ikut melihat ke arah monitor laptop milik Terushima, dan melihat sebuh Rubicon baru saja memasuki wilayah mansion nya.

"Meian ya?" tanya Kita seraya hembuskan asap rokoknya.

Suna mengangguk, lalu bangkit dari sofa. Tangannya meraih bungkus rokok serta pemantik miliknya di meja, lalu berjalan meninggalkan ruang tengah untuk menemui seseorang yang baru saja datang.

Sebelum Suna sampai di pintu utama, pintu itu sudah terbuka dengan lebar. Meian masuk dengan langkah tergesa, dan menarik kerah baju yang dikenakan oleh Suna.

"Dimana (Name?)"

"Fuck. Lepas dulu, sial. Ada apa sih?"

Meian melihat ke arah dalam, mencari-cari seseorang yang menjadi tujuan utamanya ia berada di markas Inarizaki. Sorot matanya tampak gelisah, dan Suna menyadarinya. Nafas Meian terengah setelah melepaskan cengkeramannya. Lelaki itu lantas menjatuhkan dirinya di sofa, seraya meremat rambutnya dengan erangan frustrasi.

"(Name) sedang bersama Yukie. Ada di dalam." ungkap Suna. Dia mengambil tempat duduk di samping Meian untuk menginterogasi lebih lanjut perihal kedatangan lelaki itu yang begitu tiba-tiba. "Ada apa?"

"Dia baru saja menemuiku." Jawabnya. Meian mengangkat pandangannya, dan saat itu juga Suna baru sadar mata kiri Meian terdapat luka lebam keunguan. Suna mengernyit.

"Kalian berkelahi?"

"Ya bagaimana tidak? Anak kurang ajar itu! Makanya aku langsung ke sini waktu dia mulai membawa-bawa (Name) dan mengancamku."

Miracle in December Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang