27. Ada Musuh Dalam Selimut

362 30 12
                                    

"One, two, here. Twenty grand." Atsumu tarik senyum tipis setelah terima tumpukan uang yang tampak tebal itu. Lelaki itu kembali hitung uang tersebut, lantas memberikan 'barang' yang dibawanya pada sosok tinggi di hadapannya.

"Semua ada di dalam bag ini."

"Semua sesuai dengan pesananku, kan?" tanya lelaki yang posturnya lebih tinggi dari si sulung Miya itu.

"Sudah. Kau tenang saja."

"Okay. Kalau begitu aku terima ini."

Keduanya saling menjabat tangan. Atsumu menyeringai, dan tatap tepat pada kedua netra lelaki di hadapannya itu penuh arti.

"Senang bekerja sama denganmu, Thomas."

◖⁠⚆⁠ᴥ⁠⚆⁠◗

Derap langkah kaki yang menggema di lorong hotel itu lantas berhenti saat Suna dan (Name) sampai di depan ruangan yang terdapat simbol khusus di lantai paling atas. Itu adalah ruangan milik presiden direktur yang mempunyai wewenang besar di hotel bintang 5 tersebut.

"Hei, kalian kesini lagi." yang ditunggu pun akhirnya keluar, setelah sang asisten Presdir menekan bel. "Ayo masuk. Kau bisa pergi, Asahi."

Asahi membungkukkan tubuhnya, menunggu sampai tamu atasannya masuk dan pintu ditutup kembali, barulah ia bawa langkahnya menjauhi ruangan tersebut. Sedangkan di dalam, Suna amati si Presdir sekaligus rekannya itu. Lelaki bernama Meian Shugo itu berjalan dekati mejanya, kemudian tutup sebuah figura yang semula berdiri di meja kerjanya.

"Ada apa, Suna?" Suna lepas rangkulannya pada pinggang (Name). Ia menghadap (Name), bingkai wajah perempuan itu dan mengusap lembut belah pipinya.

"Tunggu di sini sebentar, okay? Aku, ada hal yang harus aku bicarakan dengannya." (Name) hanya mengangguk, dan perhatikan Suna yang masuk ke dalam sebuah ruangan bersama Meian.

Tinggallah (Name) sendirian di ruangan yang besar itu. Ia membawa tubuhnya untuk duduk di sebuah sofa untuk menunggu Suna hingga lelaki itu selesai dengan urusannya. Sedangkan di dalam ruangan lain di kantor Meian, Suna berikan benda kecil yang ia bawa pada Meian.

"Aku tahu itu 'dia'. Aku juga tahu siapa yang memberikan benda itu padanya." Meian alihkan pandangannya dari benda itu ke arah Suna. Tampak jelas dari tatapan Suna, lelaki itu tengah khawatir.

"(Name), bukankah lebih baik aku membawa (Name) pergi untuk sementara dari sini?"

"Benar-benar tidak mau menyerah. Bahkan ketika (Name) sudah ada di tanganmu, obsesinya tidak pernah hilang." komentar Meian geram.

"Setelah (Name) kembali, aku selalu waspada akan hal seperti ini. Itu sebabnya (Name) harus selalu berada dalam pengawasan ku, meskipun itu di mansion sekalipun."

"Kenapa kau tidak cepat bertindak? Kau membahayakan (Name) lagi, kau tahu?!"

"Meian." Suna menduduki salah satu kursi yang mengelilingi meja di ruangan tersebut. "Aku, tidak ingin tragedi beberapa tahun lalu terulang kembali. Jika aku gegabah, kita bisa saja kembali kehilangan rekan-rekan kita."

"Kenapa kau tidak bisa diandalkan lagi seperti ini?!"

"Ingat saat kematian Ryuunosuke. Aku lengah, bodoh! 'Dia' tahu kelemahanku. Beruntung Shiratorizawa cepat mengambil tindakan saat itu. Jika tidak, mungkin (Name) sudah ada ditangannya."

Miracle in December Where stories live. Discover now