8. Dia, Suna Rintarou

677 74 5
                                    

Jam berdentang dengan keras mengisi keheningan di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang terang. Beberapa figur dengan pakaian serba hitam duduk di sofa, dan sebagian berdiri dengan beberapa senjata di tangan. Sosok Mika turun dari lantai 2, berjalan dengan anggun meski penampilannya lebih cocok dibilang sebagai serial killer yang diburu manusia berseragam. Dengan pistol ditangan kirinya, Mika menatap satu per satu rekan-rekannya lantas membuka masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

"Kalian benar-benar. Apa tidak terlalu beresiko memancing polisi jika kita bertindak di jam 8 malam?"

Tak mendengar ocehan perempuan tersebut, Semi lantas bersiul, menatap figur Mika dari atas hingga ke bawah. "You look good," pujinya.

Namun tak berselang lama lelaki itu terkekeh seraya mengangkat kedua tangannya karena Mika yang tiba-tiba menodongkan pistolnya.

"Wow, aku memujimu sial!"

"No need," perempuan itu memicing kesal sebelum menurunkan senjatanya.
"Di mana (Name)?"

"Masih di kamar, dengan Ushijima." jawab Tendou.

"Say goodbye maybe,"

"Bokuto," Akaashi tanpa sadar melayangkan tamparan pada bibir rekannya tersebut. Menatap datar lelaki berambut emo yang mengaduh, lalu mengodenya untuk diam.

"Say goodbye untuk apa? Semuanya akan pulang dengan selamat malam ini." ketus Kenma yang sudah sibuk di depan laptop.

Netra mereka semua saling bersitatap bergantian. Mereka yakin, tapi ada setitik keraguan di pandangannya. Lev membuka masker hitamnya, menendang kaki Kuroo tak kencang, namun membuat lelaki itu mengumpat.

"Jangan sampai mati calon Kakak Ipar,"

Hanya senyum kecut yang Kuroo berikan pada Lev. Tangan kekar itu lantas terangkat, menepuk punggung lebar Lev.

Tak lama kemudian derap langkah kembali terdengar. Derap yang bersahutan, hati-hati, dan yang kontan menarik kernyitan tipis pada dahi masing-masing. Bayangan dua figur yang berbeda muncul di dinding, disusul sosoknya yang masih mempertahankan tempo langkahnya seperti sebelumnya.

"Oh? Kalian masih berkumpul di sini. Nggak ada yang masak makan malam kah?"

Hening. Suasana mencekam di ruangan tersebut mendadak hilang begitu (Name) selesai berbicara.

"Aku, lapar,"

Mika berjalan menghampiri (Name) dan mengetukkan ujung pistolnya pada kepala perempuan tersebut. Yang lain pun juga tidak habis pikir. Di mana mereka kini tengah kalut setengah mati, (Name) justru memasang wajah bingung karena Mika yang tengah memelototinya.

"H-hah? Kenapa?"

"Kita memikirkan misi ini saja sampai tidak selera makan! Kau ini justru sibuk untuk mengisi perut!"

Atmosfer di ruangan tersebut pun kini tak semenegangkan tadi. Suara kekehan terdengar usai Mika mengomeli (Name) yang ikut menggerutu. Tentu saja perempuan itu lapar. Ia melewatkan makan siang bersama yang lainnya karena Ushijima menguncinya di kamar mandi selama empat jam. Hm, mungkin sepertinya tidak perlu dijelaskan detailnya. Karena intinya, (Name) benar-benar kelaparan.

Tangan kekar Ushijima bergerak melingkari pinggang (Name) guna menariknya untuk lebih dekat. Bibirnya sibuk mengecupi puncak kepala (Name), memancing mereka yang lainnya merotasi bola mata.

Sudah cukup Kuroo dan Alisa saja yang suka public display affection. Jangan mereka ikut tertular karena sudah melakukan ritual cinta yang berhasil mereka tahan selama 4 tahun ini.

Miracle in December Where stories live. Discover now