[16] (Bukan) mantan

113 2 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang dipojokkan ya🌘

🌈🌈🌈

Ku pikir keputusan ku waktu itu tidak salah. Nyatanya sekarang pun kamu memilih pergi bersamanya, dan meninggalkan ku dengan seribu luka.

🌈🌈🌈

Nyatanya, kata tenang itu sepertinya tidak ada. Pagi sekali, mungkin sebelum Maudya bangun, Amrif sudah meninggalkan rumah. Terbukti dengan tidak adanya mobil yang selalu pria itu bawa di garasi.

Entahlah, Maudya yang saat ini duduk termenung memandangi menu sarapan yang ia buat itu, merasakan sakit di hatinya. Selama sebulan ini, Maudya sudah terbiasa makan bersama Amrif setiap paginya. Jadi rasanya aneh kalau saat ini hanya ada dirinya sendiri di meja makan.

Mengingat bagaimana dirinya yang secara gamblang meminta cerai tanpa berpikir dua kali, rasanya sedikit banyaknya membuat Maudya menyesal. Karenanya, rumah tangga mereka kembali dilanda pertengkaran. Padahal baru saja kemarin mereka berbaikan, sekarang harus marahan lagi. Padahal, kalau saja Maudya mau berpikir lebih jernih, masih ada jalan lain untuk menyelesaikan konflik ini tanpa harus bercerai. Namun, saat itu yang ada dipikiran Maudya hanya ada kata-kata Salsa yang mengatakan akan memaafkannya kalau mau menceraikan Amrif.

Dan jujur saja, Maudya menyesal telah terpengaruh oleh kata-kata sahabatnya.

Sejenak Maudya terdiam. Amrif memiliki riwayat asam lambung, dan sekarang pria itu tidak sarapan. Karena hal itulah, Maudya segera bangkit dari duduknya untuk mengambil rantang lalu memasukkan beberapa lauk dan nasi ke dalamnya dan menutupnya.

Tanpa banyak kata, Maudya menaiki anak tangga untuk mengambil tas, dompet, dan ponselnya. Tapi, sebelum itu Maudya menyempatkan diri mengirim pesan pada Amrif. Bagaimanapun juga, dirinya harus izin dulu sebelum pergi.

_Mas Suami

Mas, hari ini aku kekantor ya..

Begitulah kira-kira isi pesan dari Maudya pada suami, sebelum akhirnya mematikan ponselnya dan memutuskan untuk beranjak pergi. Maudya tidak sadar, bahwa setelah dia pergi, denting pesan balasan Amrif masuk.

_Mas suami

Tidak perlu. Saya sedang tidak ingin diganggu.

🌈🌈🌈

Mobil yang Maudya naiki telah berhenti di depan sebuah gedung perusahaan tempat suaminya bekerja yang sempat Maudya tanyakan pada Acut. Maklum saja, ini pertama kalinya Maudya datang kemari.

Setelah membayar ongkos taksi, dengan perasaan gugup Maudya melangkahkan kakinya masuk ke lobi perusahaan yang terlihat beberapa karyawan lalu lalang di sana. Dengan perlahan Maudya berjalan mendekat ke meja resepsionis yang kini sudah tersenyum ramah padanya.

"Assalamu'alaikum, permisi mbak, saya mau ketemu sama Mas Amrif. Dia ada di lantai berapa ya?" Sapa Maudya sambil bertanya dengan sopan.

"Wa'alaikumussalam. Maaf, apa sudah ada janji sebelumnya?" Balas wanita itu ramah, meski Maudya tau ada binar penasaran bercampur bingung yang menyorot Maudya dari resepsionis itu.

Maudya mengangguk. "Sudah mbak." Jawab Maudya apa adanya. Karena memang sebelum datang kesini, Maudya sudah mengirim pesan pada pria itu kalau dirinya akan datang.

Resepsionis itu terdiam sebentar sambil melirik Maudya ragu. "Tunggu sebentar ya mbak, saya telfon pak Amrif nya dulu." Ucap resepsionis itu lalu mulai menekan beberapa angka di telfon kabel yang ada di meja.

Dear My HusbandWhere stories live. Discover now