[6] Belanja

77 2 0
                                    

Hah.. mengcapek guys. Jadi nikmatilah selagi author berbaik hati memberikan cerita gratis oke? 🐶

🍎(^_^)🍏

Aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Tapi untuk kali ini, aku berani jamin bukan aku pelakunya.

🍎(^_^)🍏

Sesuai perkataan Amrif kemarin. Hari ini, Maudya dan suaminya akan pergi ke pasar untuk mengisi bahan dapur yang kosong. Keduanya sudah duduk dengan tenang dalam mobil menuju pasar swalayan guna membeli beberapa bahan dapur.

Sesampainya di pasar, Maudya bersiap hendak melepas sabuk pengamannya. Namun, notifikasi pesan masuk dari ponsel Amrif menyita perhatian Maudya. Wanita itu mengurungkan niatnya dan menunggu Amrif selesai membaca pesan yang masuk di ponselnya.

Menghela nafas berat, Amrif menoleh pada Maudya yang sedari tadi terlihat penasaran dengan pengirim pesan. "Saya ada urusan mendadak. Kamu pergi sendiri saja, ini uangnya. Pulang nanti, pesan taksi aja jangan naik angkutan umum lain." Amrif mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak sepuluh lembar dan menyerahkannya pada Maudya.

"Kalau boleh tau, urusan apa mas?" Tanya Maudya setelah meraih uang tersebut ketangannya.

"Beli daging nanti usahakan daging ayam saja. Saya tidak terlalu suka daging lain." Jawab Amrif melenceng jauh dari pembahasan.

Maudya menghela nafas, mencoba mengerti mungkin saja itu hal yang privasi untuk suaminya. Dalam diamnya Maudya mengangguk lalu keluar dari mobil membiarkan Amrif melaju meninggalkannya hingga menghilang di persimpangan.

Tak ingin terlalu memikirkannya, Maudya berjalan masuk kedalam pasar sambil menenteng keranjang belanja di tangan. Ada banyak barang yang di beli Maudya, mulai dari sayur, daging, telur, buah, tepung, gula, beras, dan bumbu-bumbu dapur lainnya. Niatnya tadi dia dan Amrif pergi bersama karena tau Maudya tak akan sanggup membawa semua barang ini sendiri. Tapi ya mau bagaimana lagi? Amrif ada urusan mendadak, Maudya pun tak bisa protes.

"Makasih ya pak, ini upahnya." Maudya memberikan selembar uang seratus ribu pada jasa angkut barang yang biasa berkeliaran di pasar.

"Sama-sama neng, kalau kepasar ini lagi minta saya aja yang angkat yah!"

Maudya tak menjawab, hanya tersenyum membiarkan paman itu pergi mencari pelanggan lain. Saat ini, Maudya berdiri di halte dekat pasar menunggu taksi pesanannya sampai. Sembari menunggu, Maudya memutuskan untuk bermain ponsel demi membunuh rasa bosan.

"Oh jadi ini penghianat yang sok-sokan mau jadi pelakor?!"

Suara dari arah samping mengalihkan atensi Maudya dari ponselnya. Saat wanita itu menoleh, sebuah tamparan lebih dulu melayang ke pipinya, membuat Maudya diam terpaku karena belum siap.

"Perlu ditampar emang biar sadar!" Lanjut wanita itu menyadarkan Maudya dari keterkejutan nya. Saat mengangkat pandangannya, tatapan Maudya langsung terarah pada tiga orang wanita yang sangat Maudya kenali.

"Aya?"

Ayana Rajawali. Wanita itu mendengus sebal saat namanya keluar dari mulut Maudya. Tanpa beban, Ayana mendorong tubuh Maudya hingga terjatuh ke jalanan dengan tangan yang dipastikan tergores akibat menahan berat tubuh.

Dear My HusbandWhere stories live. Discover now