[14] Bertengkar

130 3 0
                                    

Silahkan dibaca🐸

🌸🌸🌸

Benar kata Kak Mahen. Sesuatu yang panas, tidak seharusnya dilawan dengan yang panas pula. Karena ketika itu terjadi, hanya ada kobaran api yang menyala.

🌸🌸🌸

Berdiri di depan pintu rumah, Maudya sedikit ragu untuk masuk. Saat ini Amrif pasti sedang marah. Hanya saja, pria itu sudah mengatakan akan menunggunya pulang.

Jadi, dengan sedikit keberanian Maudya membuka pintu dan berjalan masuk kearah ruang tamu. Di sana, sudah ada Amrif yang duduk diam di sofa membelakanginya.

Meski takut untuk mendekat, Maudya tetap memberanikan diri berjalan menghampiri Amrif yang memiliki hawa tak mengenakkan.

"Mas." Panggil Maudya berdiri di depan Amrif takut.

Pria itu tidak menjawab. Jangankan menjawab, melirik Maudya saja sepertinya enggan.

"Mas, kamu.. udah makan?" Tanya Maudya sedikit berbasa-basi demi mengusir kecanggungan yang ada.

Berhasil. Pria itu akhirnya mengalihkan pandangannya pada Maudya. "Belum. Kamu sendiri sudah makan?" Balas Amrif balik bertanya. Saat Maudya ingin membuka mulutnya, Amrif lebih dulu menyela.

"Oh saya lupa. Kamu sudah makan ya. Berdua lagi sama cowok." Sindir pria itu menatap Maudya dengan dingin.

"Itu, aku gak sengaja ketemu Noan tadi. Dia ngajakin makan ya udah aku-" meskipun tidak tahu Amrif mengetahuinya makan dengan Noan dari siapa, Maudya tetap berinisiatif menjelaskan. Hanya saja, Amrif tidak terlihat ingin mendengarnya, terbukti dengan pria itu yang langsung memotong ucapannya.

"Sudah izin dengan suamimu?" Tanya Amrif membuat Maudya terdiam sambil menundukkan kepala. "Kalau suami lagi tanya, lihat orangnya! Saya tanya, kamu ada izin pergi makan dengan lelaki lain dengan saya?!" Kali ini Amrif bertanya dengan membentak, membuat Maudya tersentak kaget.

"A-aku mau izin mas, tapi-"

"Tapi tetap saja kamu pergi dengan lelaki lain tanpa izin dari saya! Kalau saya tidak kasih izin jangan pergi, bukannya malah tetap pergi tanpa sepengetahuan saya!" Bentaknya sekali lagi.

Kali ini Maudya merasa terpancing, dengan berani Maudya membalas tatapan Amrif yang penuh amarah itu dengan tajam.

"Aku tau aku salah mas, tapi gak usah ngebentak gini juga kan? Emang mas pikir, cuma aku yang salah disini?! Mas pernah gak mikir berapa kali mas pergi bersama Salsa tanpa izin, tapi aku diam aja. Pernah gak aku marah kayak mas sekarang?" Balas Maudya mulai mengeluarkan kekesalannya perihal dijalan tadi saat dia melihat Amrif dan Salsa jalan berdua.

Fakta tersebut sukses membuat Amrif diam terpaku, namun hanya sebentar sebelum tatapan pria itu kian menajam. "Itu karena kamu tidak memiliki perasaan cemburu, makanya kamu tidak marah saat tau saya dan Salsa pergi bersama!" Jawabnya.

"Oh? Terus mas punya perasaan gitu sama aku makanya mas marah sekarang? Kalau punya perasaan, mas gak mungkin bakalan pergi bareng wanita lain tanpa sepengetahuan istrinya sendiri. Bikin istrinya overthingking dan sakit hati!"

Maudya diam mencoba meredam emosi nya yang bergejolak. "Kalau belum bisa berkaca, jangan memarahi seseorang seperti tadi mas. Karena tidak semua wanita sekuat aku yang mampu mendapat perlakuan itu dari kamu!" Setelah berkata seperti itu, Maudya pergi menaiki tangga menuju kamarnya. Kalau terus berada di sana, Maudya tidak yakin mampu menahan emosinya untuk tidak memarahi Amrif lagi.

Dear My HusbandWhere stories live. Discover now