[4] Pindahan

100 3 0
                                    

Nikmatilah selagi gratis oke;) Jangan lupa vote and komennya. Happy reading guys 🦊

🍓🍓🍓

Inilah yang aku takutkan. Bersamamu aku hanya akan menjadi bayang bayang.

🍓🍓🍓

Di dalam kamarnya, Maudya terlihat sibuk menata bajunya kedalam koper, membiarkan Amrif yang kini terlihat sibuk dengan gadget nya di atas kasur.

Sesekali Maudya melirik kearah suaminya itu. Jujur saja, Maudya masih sedikit penasaran pesan apa agaknya yang Sagara berikan pada Amrif sehingga ayahnya mampu percaya padanya.

"Kenapa?" Tanya Amrif tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.

"Apanya?" Kini Maudya yang justru terlihat bingung. Tiba-tiba mendapat pertanyaan aneh dari suaminya.

Tanpa menurunkan ponselnya, Amrif memusatkan pandangannya pada sang istri yang terlihat kebingungan itu. "Dari tadi lirik-lirik, kenapa?" Perjelas Amrif.

Ah, ternyata Amrif sadar sedari tadi Maudya meliriknya. Meski takut, Maudya memberanikan diri membalas tatapan suaminya yang dingin itu. "Mas, tadi di meja makan, ayah sempet bahas pesan yang dia kasih buat mas. Kalau boleh tau pesan apa?"

"Mas?" Diantara banyaknya kata yang Maudya ucapkan kenapa hanya kata 'mas' yang justru pria itu pertanyakan.

"Aneh ya? Maaf, bunda marah kalau aku manggil kamu tanpa embel-embel. Katanya gak sopan sama suami." Terdiam sejenak untuk melihat ekspresi suaminya. "Tapi, kalau kamu gak suka. Aku gak akan panggil mas lagi." Lanjutnya cepat.

"Kata siapa? Udah panggil aja gitu. Benar kata bunda, lebih sopan kedengarannya." Jawab Amrif kembali fokus memainkan layar handphone nya.

Hanya saja. Ini mata Maudya yang salah atau memang.. telinga Amrif memerah?

Mungkin Amrif sedang kepanasan makanya telinganya merah.

Mengangkat bahu tak acuh, Maudya kembali disibukkan dengan kegiatannya, hingga lupa bahwa pertanyaannya belum Amrif jawab sama sekali.

🍓🍓🍓

"Bun, Audy sama mas Amrif pamit pergi dulu ya. Bunda sama ayah jaga kesehatan. Ayah jangan terlalu sering minum kopi, Bunda juga jangan suka begadang. Gak baik buat kesehatan tau!" Pesan Maudya lalu memeluk orang tuanya satu-satu. Sedang Amrif terlihat sibuk memasukkan koper Maudya ke bagasi mobil yang terparkir di depan gerbang rumah.

"Iya-iya. Kamu juga, nanti di sana jangan ngerepotin Amrif. Harus selalu nurut, dan jangan ngebantah kata suami. Oke?" Balas Cika yang diangguki Maudya.

Beralih pada Sagara, pria itu mengusap kepala putrinya penuh sayang. "Di sana, jangan lupa makan. Sering-sering juga kemari jengukin ayah sama bunda. Kata Amrif, rumah kalian gak jauh dari komplek sini." Ucap Sagara.

"Iya Ayah. Pasti."

Setelah berpamitan pada keduanya, kini giliran Amrif yang mendapat wejangan dari dua orang tersebut saat Amrif ingin berpamitan.

"Jaga Audy ya, ayah titip dia sama kamu."

"Ayah tenang aja. Amrif bakal jaga Maudy dengan baik."

Dear My HusbandWhere stories live. Discover now