Dua Belas

1.2K 101 9
                                    

Rayline sedikit lebih excited hari ini karena pemotretan yang akan dilakukannya dengan sebuah brand kecantikan ternyata melibatkan Danaya Rosalind juga. Ia sudah berniat untuk memamerkan kedekatannya dengan Danaya kepada Kenzo nanti.

Ray baru saja masuk ke dalam mobil ketika mendapati telepon dari Razdan. Dengan senyum manisnya ia langsung menempelkan ponsel ke telinga. "Selamat pagi, Bapak Razdan. Di sana masih malam ya?"

Terdengar suara kekehan pelan milik Razdan sebelum pria itu berkata, "Ya, di sini masih malam. Hari ini kamu ada pemotretan, right?"

Wanita itu bergumam mengiyakan. "Sama Danaya Rosalind. Aku mau foto bareng terus pamerin ke Kenzo." lagi-lagi suara kekehan Razdan terdengar. "Aku yakin, habis kamu pamer foto ke dia, Kenzo bakal ngomel-ngomel ke aku."

Kekehan geli Razdan menular kepada Rayline. Mereka berdua terdiam sejenak sebelum Ray kembali bersuara, "Apa kegiatanmu hari ini sudah selesai? Sudah makan malam?"

"Hampir selesai, tinggal bahas beberapa hal kecil dengan Zumi. Sekarang dia lagi beli makan malam di resto depan."

Kening Ray mengerut saat mendengar ucapan Razdan baru saja. "Apa Zumi juga bekerja sekeras kamu?"

"Hm, hampir sama kerasnya. Apalagi dia aku tunjuk jadi penanggung jawab proyek di sini. Kenapa memang?"

Rayline berdecak. "Kasihan dia, pasti nggak ada waktu buat pacaran. Jangan kejam-kejam jadi bos, Razdan. Kasih adik kamu istirahat."

Razdan kali ini terbahak. "Astaga, aku sama sekali nggak pernah berpikir sampai ke situ. Baru kali ini ada yang ngomelin jam kerja Zumi selain Mama." terdengar helaan napas Razdan sebelum pria itu kembali berucap, "Aku sudah pernah mengurangi jam kerjanya, tapi Zumi yang nggak mau. Well, mungkin setelah proyek ini selesai aku akan membantunya buat cari pacar."

"Jangan jodohkan dia dengan laki-laki suka terabas macam kamu ya, Razdan."

"Kenapa memangnya?'

"Bahaya, bikin ngos-ngosan dan panas dingin." ucapan Rayline membuat Razdan mengulum senyum. "Jadi, aku buat kamu panas dingin?"

Ray langsung memejamkan matanya. Kenapa juga ia sampai kecolongan begini sih? Ia berdeham lalu memutuskan untuk jujur. "Sedikit."

"Sedikit? Ya sudah, besok aku akan terabas lebih cepat biar panas dinginmu makin terasa."

"Ya sudah, besok kalo kamu pulang, aku bakal nolak buat ketemu." ancam Rayline yang malah membuat Razdan tersenyum geli. "Yakin nggak mau ketemu? Emangnya nggak kangen? Kita udah nggak ketemu dua minggu lebih lho."

"Nggak tuh, nggak kangen."

"Kita lihat ya besok, siapa yang bakal lebih manja."

-----

Rayline tertawa pelan tatkala membaca balasan pesan dari Kenzo yang begitu cepat setelah ia mengirimkan fotonya bersama Danaya. Ia sudah hendak membalas pesan pria itu namun ponselnya terlebih dahulu berdering karena panggilan telepon Kenzo.

"Masih ada Danaya di sana?" cerocos Kenzo langsung yang sepertinya tidak ingin repot-repot mengucap kata halo.

"Masih. Sebentar lagi kita akan makan siang bareng. Dan setelah itu sepertinya dia akan langsung pulang karena ada jadwal lagi."

"Kirimkan alamat tempatmu sekarang. Aku akan ke sana." ucapan Kenzo membuat kedua mata Rayline membulat. Razdan sepertinya berbohong karena nyatanya Kenzo tak ada beda dengan pria itu, langsung terabas. "Kenzo, slow down. Memangnya kalau sudah ke sini, kamu akan pakai alasan apa untuk menemui Danaya? Proyek kalian kan sudah selesai."

Pipe DreamTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon