Empat Belas

1.1K 104 2
                                    

Razdan akhirnya sudah mengetahui semuanya. Kemarin malam, Rayline menceritakan hal-hal buruk apa saja yang pernah diterimanya saat menjalin hubungan dengan Arvin. Tidak hanya pria itu saja, tapi keluarganya pun juga. Razdan menyeringai tak percaya, bagaimana bisa ada manusia jahat seperti mereka? Apalagi ibu Arvin yang katanya sering menyebut ibu Rayline sebagai pelacur. Anak mana yang tak akan sakit hati jika ibu yang telah melahirkan dan berjuang membesarkannya seorang diri, dihina terus-terusan seperti itu.

Razdan mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja. Otaknya sudah mendapatkan banyak sekali cara untuk menghancurkan kehidupan pria itu. Namun, sisi logisnya masih bekerja dan memutuskan untuk mengawasi Arvin terlebih dulu. Nanti, apabila pria itu berani mengganggu Rayline lagi, barulah ia akan bertindak.

Setelah menghela napas, Razdan menilik ke arah arloji di tangan kirinya. Sekarang sudah pukul lima sore dan hari ini ia sudah berencana untuk menjemput Rayline di lokasi syutingnya. Setelah itu mereka berencana untuk menonton di bioskop.

Dengan senyum merekah, Razdan bangkit berdiri dari duduknya dan setelah meraih ponsel serta dompetnya, ia pun segera keluar dari ruangan.

"Selamat sore, Sir. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Keanu begitu sang bos keluar dari ruangan.

"Saya mau pulang. Sudah tidak ada lagi pertemuan yang perlu saya hadiri kan?" jujur saja, Keanu sedikit terkejut saat mendengar jika bos besarnya yang sangat gila kerja ini akan pulang sekarang. Namun, dengan cepat ia pun kembali menguasai diri. "Tidak ada, Sir."

"Semua berkas mendesak yang membutuhkan persetujuan saya, sudah saya tanda tangani. Dan berkas lainnya, tolong nanti kamu antarkan ke rumah saya ya."

"Baik, Sir."

-----

"Nunggu lama?" tanya Rayline saat dirinya baru saja masuk ke dalam mobil Razdan. Razdan menyambut kekasihnya dengan sebuah senyuman. "Lumayan, tapi aku pakai buat kerja kok. Jadi nggak kerasa lama."

Rayline mengangguk mengerti sebelum memakai sabuk pengamannya. "Mau nonton dimana?"

Razdan meletakan tabletnya terlebih dahulu ke kursi belakang sebelum memandang Rayline dengan senyum penuh misteri. "Rahasia."

Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan setengah jam kemudian. Bukannya hilang, kebingungan Rayline malah semakin bertambah tatkala dirinya memandangi gedung yang berada di depannya.

"Ini tempat apa?" tanya Ray kepada Razdan ketika mereka berdua kini sudah sama-sama turun dari mobil. Razdan menautkan jemarinya dengan milik Rayline sebelum menjawab, "Ini gedung khusus Sirius untuk pemutaran pertama film-film produksi kami. Film produksi Sirius yang kamu bintangi baru Get Up ya? Pemutaran pertama film biasanya akan dilakukan di sini."

Razdan kini mengajak Rayline untuk masuk ke dalam gedung yang letaknya berada di belakang gedung Sirius persis. Suasana di dalam sangat sepi, hanya ada beberapa staff yang dapat dihitung dengan jari serta petugas keamanan yang berjaga.

Untung saja tadi Rayline tidak lupa mengenakan maskernya. Paling tidak, ia tetap harus berhati-hati apalagi di saat baru kemarin ia terkena skandal dengan Kenzo.

Razdan membawa mereka ke lantai dua dan masuk ke dalam salah satu studio. Pria itu mempersilahkan Rayline untuk memilih kursi terlebih dahulu. "Kamu mau nonton film apa? Action, romance, komedi atau horror mungkin?"

Ray terdiam sejenak, memikirkan jawaban atas pertanyaan dari Razdan baru saja. Setelah beberapa saat berpikir, senyum cantiknya perlahan muncul. "Bagaimana kalau horror aja? Aku pengen nonton film horror sama pacar, tapi belum pernah kesampaian."

Razdan langsung memandang kekasihnya dengan tatapan penuh arti. "Memangnya, apa yang ingin kamu lakukan, hm? Nakal ya, pacar aku."

Wajah Ray kini disambangi rona merah. "Apaan sih? Aku kan cuma pengen ngumpet-ngumpet cantik aja di lengan pacar."

Pipe DreamWhere stories live. Discover now