Dua Puluh Empat

963 101 4
                                    

 Analyn menggigit ibu jarinya setelah selesai membaca pesan yang baru saja diterimanya dari Razdan. Pria itu sepertinya sudah mengetahui rencana tersembunyinya ketika menawarkan pekerjaan kepada Rayline Pamela. Oleh karena itu, Razdan mengiriminya ancaman bahwa apabila setelah ini ia berani bertindak untuk mengganggu kekasihnya lagi, maka pria itu tidak segan-segan untuk bertindak.

Tidak, Razdan tidak mungkin berani melakukan itu kepadanya karena hubungan baik yang sudah terjalin di antara keluarga mereka. Ya, ia masih memiliki tameng. Ia tinggal meminta perlindungan kakeknya yang pasti akan lebih membelalanya dari pada Razdan.

Analyn menyeringai. Tentu saja ia tidak akan membiarkan Razdan dan Rayline bahagia dengan mudah. Ia yang sudah sangat berusaha mengejar Razdan selama beberapa tahun saja merasa begitu kesulitan untuk mendapatkan pria itu. Bagaimana mungkin, ia tahu-tahu saja dikalahkan oleh wanita dengan asal usul tidak jelas seperti Rayline Pamela.

Seringai Analyn semakin melebar karena sebuah fakta yang baru saja terlintas di benaknya. Hal ini pasti bisa menjadi kartu ASnya jika harus berduel dengan Rayline Pamela. Ia adalah keturunan keluarga Yamada yang sangat jelas asal usulnya. Tentu saja, ia akan menang melawan wanita jelek itu apabila ia membawa permasalahan ini di keluarga besar Ito.

Kalau begitu, haruskah ia mulai bergerak dengan mendekati keluarga Razdan?

-----

Razdan kini sedang mengingat-ingat kapan terakhir kali dirinya merasa gugup seperti ini. Apakah saat menangani proyek pertamanya ketika ia baru saja menggantikan posisi ayahnya? Itu sudah bertahun-tahun yang lalu dan untuk pertama kalinya, ia kembali merasakan perasaan itu ketika kini ia berhadapan dengan ibu Rayline.

Mereka berdua kini sedang duduk berhadapan di salah satu meja kantin. Mungkin karena hari masih pagi, suasana kantin masih terasa lengang dan hal itu menjadi salah satu hal yang patut disyukuri oleh Razdan.

"Apa kamu sudah tahu kalau Rayline tidak memiliki ayah sejak lahir?" ya, itu adalah pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Runa – ibu Rayline. Karena ia merasa itu adalah hal krusial yang menjadi penentu apakah pria pendamping anaknya mau menerima hal itu atau tidak.

Razdan mengangguk dengan pasti. "Sudah, Tante."

"Dan apakah kamu atau pun keluargamu keberatan dengan hal itu?"

Kali ini Razdan menggelengkan kepalanya. "Saya sama sekali tidak keberatan, Tante. Karena menurut saya itu sama sekali tidak penting. Dan mengenai keluarga, untuk saat ini saya sudah mengantongi restu ayah dan adik saya. Untuk Mama, jujur saja saya belum memberitahukan perihal hubungan kami karena memang di antara Papa dan adik, Mama yang tersulit."

Runa dibuat menghela napas dengan kalimat yang baru saja didengarnya dari Razdan. "Kalau memang kemungkinan besar ibumu tidak memberikan restu, lebih baik hubungan kalian tidak usah dilanjutkan saja, Razdan. Rayline sebelum ini sudah pernah diperlakukan dengan sangat tidak baik gara-gara kesalahan Tante." kedua tangan Runa yang tengah menggenggam gelas kertas berisikan teh tanpa sadar mengerat. "Kamu pasti sudah medengar berbagai berita miring mengenai Ray yang merupakan anak yang lahir di luar nikah."

Runa terdiam untuk menyiapkan dirinya sebelum bercerita kepada Razdan mengenai ayah Rayline. "Sebenarnya, ayah Ray adalah salah satu pengusaha besar di sini. Tante sama sekali tidak tahu kalau waktu itu dia sudah menikah. Dan karena terpengaruh oleh bujuk rayunya, Tante pun mau melakukan itu. Saat Tante memberitahukannya bahwa Tante hamil, laki-laki itu bilang bahwa dia bersedia untuk bertanggung jawab. Tapi siapa sangka, yang ditawarkannya adalah menjadi istri keduanya."

Runa menelan ludahnya untuk menghapus rasa tercekat yang dirasakannya di tenggorokan. "Kamu tahu, istrinya yang tak lama kemudian mengetahui hubungan gelap suaminya, langsung menemukan Tante. Dia mengancam untuk menghabisi seluruh keluarga Tante seandainya Tante tetap bersikukuh menikah dengan suaminya."

Pipe DreamKde žijí příběhy. Začni objevovat