Sebelas

1.2K 107 5
                                    

"Jangan anggap ucapanku tadi sebagai sebuah candaan." senyum di wajah Rayline perlahan lenyap. Wanita itu kini menatap kekasihnya dengan serius. Ray terdiam sejenak, mengumpulkan tekad untuk mengungkap sesuatu yang menjadi ganjalannya. "Meskipun aku hanyalah seorang anak yang lahir tanpa ayah?"

Tangan Razdan beralih mengelus pipi Rayline. "Apa kamu pikir, aku adalah orang yang akan memperdulikan hal semacam itu?"

Rayline menelan ludah karena terbayang memori pahitnya saat sedang menjalin hubungan dengan Arvin. Mungkin pria ini memang tidak mempermasalahkan statusnya. Tapi bagaimana dengan keluarga Ito yang sempurna itu?

Wanita itu menghela napas sebelum kembali menunduk dan menyandarkan keningnya di dada Razdan. Dari pada menghawatirkan hal-hal seperti itu, bukankah lebih baik ia menikmati waktunya bersama dengan Razdan? Mereka kan sudah tidak bertemu selama dua minggu.

"Kamu di sini berapa hari?" tanya Ray mengalihkan pembicaraan. Razdan menggeram dalam hati, merasa tidak puas karena Rayline yang sepertinya tidak mempercayainya sepenuhnya perihal status wanita itu yang sama sekali tidak menjadi masalah. Namun karena ia tidak ingin mencipta perselisihan di saat mereka baru saja bertemu setelah sekian lama, Razdan memutuskan untuk mengikuti arus. "Cuma tiga hari. Aku harus balik lagi ke New York hari Kamis. Akan ada rapat dengan pihak New York."

Mendengar jawaban dari Razdan membuat Ray tanpa sadar mengetatkan pelukannya. "Cuma tiga hari? Sebentar sekali." ucapan Rayline membuat Razdan tersenyum senang. Ia kembali membuat Ray mendongak untuk menatapnya. "Apa sekarang giliran kamu yang jadi manja?"

"Nggak boleh?"

Senyum Razdan nampak melebar. "Boleh. Boleh sekali. Apa selama tiga hari ini kamu ada jadwal syuting?"

"Ada, tapi tidak terlalu padat."

"Syuting Get Up? Atau ada yang lain?"

"Untuk dua hari ke depan hanya Get Up, di hari ketiga aku hanya ada jadwal pemotretan." jawaban Ray membuat Razdan mengangguk-anggukan kepalanya. "Good, aku bisa pura-pura mengecek jalannya syuting di dua hari syutingmu. Dan di hari ketiga, mungkin kita bisa melakukan sesuatu setelah jadwalmu selesai."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu? Bukankah seharusnya kamu sibuk sekali karena harus menyelesaikan permasalahan yang ada di sini sebelum pergi lagi ke New York?" sahut Ray dengan kening mengerut.

Razdan tersenyum sebelum melabuhkan sebuah kecupan hangat di kening wanitanya. "Aku sudah bilang kan kalau aku akan membuat waktu untuk bersamamu. Screw pekerjaan, aku lagi ingin menghabiskan waktu bersama pacarku."

"Ya ampun, Bapak Razdan Ito yang dingin bisa gombal begini ternyata."

-----

Ke esokan harinya begitu Razdan masuk ke dalam ruangannya, ia sudah disambut oleh kedatangan Juno yang sepertinya hendak memberikan laporan. Razdan langsung menempatkan dirinya di sofa sebelah Juno dan bertanya, "Jadi?"

Juno langsung memberikan sebuah berkas kepada Razdan. "Arvin adalah mantan Rayline sebelummu. Aku tidak bisa mengetahui semua alasan dibalik putusnya mereka tapi yang santer terdengar adalah karena keluarganya yang tidak mau menerima Rayline."

"Apa...kau sudah tahu kalau Rayline adalah anak yang dihasilkan dari hubungan di luar nikah?" Juno melemparkan pertanyaan itu dengan hati-hati. Razdan yang semula sedang fokus dengan berkas di tangannya, bergumam. "Ya, aku sudah tahu."

Juno menghela napas sebelum berkata, "Keluarga Arvin Joseph sebenarnya adalah keluarga menengah. Tapi karena kemampuan Arvin yang bagus dan dia berhasil menjaring banyak relasi, Arvin berhasil mengangkat derajat keluarganya. Tapi entah kenapa, mereka jadi sombong dan memandang rendah orang-orang yang mereka anggap tidak selevel ataupun yang tidak sempurna."

Pipe DreamWhere stories live. Discover now