Lima

1.6K 146 8
                                    

Rayline baru saja turun dari mobil yang dikirimkan Razdan di depan sebuah restoran berlantai lima. Ia berdecak tatkala mengetahui bagaimana reputasi restoran yang sebentar lagi akan ia masuki ini. Restoran yang menyediakan masakan dari berbagai negara dengan rasa yang sangat memanjakan lidah. Dengan kualitas makanan maupun pelayanan yang luar biasa, maka sekali makan di restoran ini bisa menghabiskan sekian juta rupiah. Oleh karena itu, yang datang ke sini pun hanyalah orang dari kalangan atas yang sama sekali tidak memedulikan nominal.

Wanita itu membenarkan letak maskernya ketika hampir sampai di depan pintu. Ia lalu disambut oleh seorang pelayan wanita yang menanyakan reservasinya. "Atas nama Razdan Ito."

Pelayan itu membaca tabletnya sebentar sebelum mengantarkan Ray ke salah satu ruang VIP di lantai dua. "Silahkan, Bu."

"Terima kasih." Ray pun langsung memasuki ruangan yang pintunya baru saja dibukakan oleh sang pelayan. Pelayan itu memastikan jika sang tamu sudah masuk ke dalam sebelum menutup kembali pintu ruangan.

Ray langsung disambut dengan sosok Razdan yang hari ini terlihat lebih santai karena sudah melepaskan jasnya dan hanya menyisakan turtle neck berwarna broken white. Tentu saja, mau mengenakan apa pun pria itu tetap saja terlihat mempesona luar biasa.

"Hai." sapa Rayline kepada Razdan saat dirinya kini sudah menduduki kursi yang berada di depan pria itu. Razdan membalas sapaan Ray dengan sebuah senyuman. "Aku lupa kalau kamu artis. Jadi harus pakai masker seperti itu ya kalau pergi kemana-mana."

Rayline terkekeh sebelum bergerak melepaskan masker yang ia kenakan. "Sebenarnya, nggak selalu kok. Aku hanya pakai di situasi yang dirasa perlu saja."

Razdan menelengkan kepalanya sedikit. "Jadi, bertemu denganku adalah sebuah situasi yang kamu rasa perlu?" wanita di hadapan Razdan mengangguk. "Tentu saja. Takut ketahuan perempuan penggemar Razdan Ito kalau aku ketemu sama idolanya."

Giliran Razdan yang terkekeh. "Nggak kebalik? Seharusnya, aku yang takut kan, kalau sampai ketahuan fans-fans kamu?"

Sebelah alis Ray terangkat. "Beneran takut? Sepertinya mereka yang akan takut sama kamu." ucapan Ray kembali mengundang tawa Razdan. Dan setelah tawa pria itu mereda, ia berkata, "Kamu, memang benar-benar menarik."

Razdan lalu mengangsurkan buku menu yang sudah tersedia di atas meja kepada Rayline. "Lebih baik kita makan dulu. Sebelum aku menanyakan hal-hal lain."

Kening Ray mengerut tatkala mendengar ucapan pria di depannya. "Menanyakan hal-hal lain? Memangnya pertanyaan seperti apa? Kenapa nggak kamu tanyakan saja selagi kita makan nanti?"

Razdan mengulum senyum. Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan menautkan kesepuluh jarinya di atas meja. "Aku hanya takut kamu akan tersedak kalau aku menanyakan hal-hal lain itu saat kita makan. Karena aku akan bertanya mengenai apakah kamu sudah menemukan alasan untuk menolakku dan juga pertanyaan yang aku tanyakan ke kamu tadi malam."

Detik itu juga, Rayline langsung diserang kegugupan dan mengalihkan pandangannya dari Razdan ke buku menu. "Kamu benar, lebih baik kita makan dulu."

-----

Acara makan siang itu dapat dikatakan berjalan lancar. Mereka berdua ternyata bisa mengobrol dengan baik. Dan hal itu membuat semua ketakutan yang terancang di benak Ray, terhempaskan begitu saja.

"Sudah kenyang? Atau mau pesan lagi?" tanya Razdan yang langsung membuat kepala Ray menggeleng. "Cukup, aku sudah kenyang kok."

"Ok. Aku ke kamar mandi sebentar ya." Razdan berdiri dari duduknya dan mengenakan jasnya. Ia lalu mengangsurkan kunci mobilnya ke arah Rayline. "Mercedes SUV putih B 818 ITO. Aku parkir di depan. Masuklah dulu ke sana."

Pipe DreamWhere stories live. Discover now