Pipe Dream

Empat

Wajah Razdan lagi-lagi terhias senyum tatkala mengingat interaksinya dengan Rayline tadi siang. Untung saja, ia sedang tidak bersama dengan siapa-siapa sekarang. Kalau tidak, siapapun itu yang tengah bersamanya pasti akan mengatakan bahwa ia sedang tidak waras karena bolak-balik tersenyum - suatu hal yang jarang sekali dilakukan oleh seorang Razdan Ito.

Sepertinya, takdir benar-benar membantunya untuk mendapatkan Rayline Pamela. Karena di saat dirinya hendak bertindak, ternyata takdir sudah terlebih dahulu bekerja. Sebenarnya, tadi ia sama sekali tidak memiliki jadwal rapat. Tapi tiba-tiba saja, ada sebuah masalah penting yang harus diselesaikan saat itu juga. Dan jadilah, ia harus turun ke lantai dimana ruang meeting terbesar yang digunakan Rayline tadi berada.

Razdan memang mengetahui jadwal pembacaan naskah pertama film Get Up tapi tadi dia benar-benar lupa. Untunglah saat ia keluar dari ruang meeting, ia berpapasan dengan Alden Theodore - lawan main Rayline dan akhirnya membuat Razdan teringat akan kegiatan hari ini.

Pria yang masih bercengkrama dengan pekerjaannya itu kini bersandar pada sandaran kursi kebesarannya. Ia lalu menghela napas tatkala teringat akan perjalanan dinasnya esok hari. Razdan menatap kalender di layar komputernya dan berdecak tak suka ketika menghitung jumlah hari yang harus ia habiskan untuk perjalanan dinas. Kurang lebih, Razdan akan bepergian selama dua minggu untuk membereskan segala sesuatu mengenai proyek barunya di New York bersama Zumi.

Razdan hanya takut Rayline akan menganggapnya main-main karena tidak akan menghubunginya selama dua minggu. Karena Razdan sudah memperkirakan akan sesibuk apa dirinya nanti di sana.

Ia lalu menghela napas tatkala tersadar kalau selama ini, hal yang paling sering membuatnya gagal dalam menjalin sebuah hubungan adalah waktu. Razdan sudah beberapa kali menjalin hubungan dan semua mantannya memprotes dirinya yang hampir tidak memiliki waktu. Itu lah kenapa, setelah hubungannya dengan sang mantan terakhir kandas, Razdan merasa malas untuk menjalin hubungan lagi.

Tapi kini semuanya berbeda ketika dirinya kembali dibuat tertarik setengah mati dengan wanita bernama Rayline Pamela. Padahal kalau diamati, Rayline sangat berbeda dengan mantan-mantannya selama ini. Jujur saja, Razdan sebelumnya sama sekali tidak memiliki niat untuk berhubungan dengan seorang artis karena segala hal yang berkaitan dengan publisitas. Razdan tidak suka jika kehidupan pribadinya terekspos. Namun sepertinya, kali ini ia akan membuat pengecualian karena seorang Rayline.

Razdan beralih menatap layar ponsel yang kini tengah menunjukan kontak Rayline yang baru tadi siang ia dapatkan. Bibirnya kembali menyunggingkan sebuah senyum kecil. "Aku harap, dua minggu tidak cukup untuk membuatmu menemukan alasan untuk menolakku. Jadi, kamu tidak akan ada pilihan lain selain menerimaku."

-----

"Bisa ulangi lagi ceritanya, Ray? Gue sama sekali belum ngerti." ujar Nabila yang kini tengah duduk di hadapan Rayline. Mereka berdua kini sedang berada di coffee shop yang berada tidak jauh dari Sirius Entertainment.

"Gue udah ceritain dua kali ya, Nab. Jangan buat gue tambah deg-degan nggak jelas karena inget-inget kejadian tadi." sahut Ray setelah menyedot minumannya. Tak jauh berbeda dengan Ray, kini Nabila benar-benar diserang ketidak percayaan yang luar biasa. Bagaimana bisa, sang unreachable guy yang baru-baru ini mereka bicarakan ternyata tertarik dengan artisnya?

Seolah baru mendapat kesadarannya, Nabila langsung bangkit dan mendudukan dirinya di sebelah Rayline. Ekspresi senang luar biasa kini terpancar jelas di wajah Nabila. Ia lalu memegang kedua pundak Ray dan menggoyang-goyangkan tubuh wanita itu ke depan dan belakang. "Astaga astaga astgaaaa. Rayline lo berhasil jadi perempuan yang menggoyahkan hati si unreachable guy! Menurut artikel yang gue baca ya, dia itu terakhir pacaran tiga tahun lalu. Nah, dari situ barulah si Razdan masuk ke jejeran unreachable guy dan jadi pemenang dua tahun terakhir ini."